Jika hal ini ditanamkan dalam pelayanan kapal, setiap penumpang akan merasakan keramahan yang berbeda. Ditambah lagi, penyediaan ruang ibadah yang layak, makanan halal, serta layanan ramah keluarga menjadikan kapal ini selaras dengan identitas Aceh sebagai Serambi Mekkah.
Sejauh saya menggunakan jasa Aceh Hebat ketika menyeberang, saya belum pernah mendengar sapaan kru Aceh Hebat menggunakan bahasa Aceh. Padahal penumpang akan merasakan suasana kapal lebih hangat jika awak kapal menyapa dengan bahasa Aceh.
Rasanya lebih dekat, lebih akrab, dan lebih membanggakan. Hal-hal sederhana seperti itu seringkali lebih membekas daripada sekadar fasilitas fisik.
Awak kapal bisa memberikan sapaan dalam tiga bahasa, Aceh, Bahasa Indonesia, dan Inggris. Seperti yang sering kita dengarkan di Pelabuhan Ulee Lhee Banda Aceh.
Hal ini seharusnya bisa diterapkan juga di atas Kapal Aceh Hebat. Ruang ibadah juga demikian, sering dikeluhkan oleh masyarakat jika musalla di Kapal Aceh Hebat lebih kecil dibandingkan Kapal BRR.
Apalagi jika kapal berlabuh di waktu magrib, masyarakat harus antre lebih lama baru bisa melaksanakan salat. Ini juga harus dievaluasi.
Kita harus memberikan fasilitas yang nyaman untuk penumpang, termasuk fasilitas ibadahnya.
Ketiga, Motor Penggerak Ekonomi dan Wisata
Tidak bisa dipungkiri, Kapal Aceh Hebat punya dampak besar bagi ekonomi dan pariwisata. Dengan kapasitas yang besar, distribusi barang menjadi lebih lancar.
Masyarakat tidak lagi kesulitan mengirim hasil bumi atau barang dagangan. Wisatawan pun semakin mudah datang, khususnya ke Sabang yang dikenal sebagai surga wisata bahari.
Sejauh pengamatan saya, ini juga menjadi peluang besar untuk membantu UMKM lokal berjaya di atas kapal. Makanan khas Aceh seperti timphan, kopi Gayo, atau kue bhoi bisa disediakan di atas kapal.