Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kapal Madleen Disergap Israel dan Momentum Global Lawan Genosida di Gaza

10 Juni 2025   04:42 Diperbarui: 10 Juni 2025   04:42 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para aktivis kemanusiaan di kapal Madleen yang ditangkap Israel di laut lepas (Sumber: bbc.com)

Insiden pengepungan dan penculikan para aktivis kemanusiaan oleh militer Israel di atas kapal Madleen pada 8 Juni 2025 menandai eskalasi terbaru dari kekejaman rezim Zionis terhadap upaya solidaritas global bagi warga Gaza. Kapal berbendera Inggris tersebut, yang membawa bantuan penting bagi rakyat Palestina, dikepung secara brutal dan para awaknya ditangkap tanpa dasar hukum yang sah dalam sistem hukum internasional.

Kapal Madleen adalah simbol dari tekad kemanusiaan global yang tidak tunduk pada intimidasi. Diberangkatkan dari Sisilia pada 6 Juni oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC), kapal ini membawa bukan hanya bantuan kemanusiaan, tetapi juga harapan bagi dua juta warga Gaza yang terjebak dalam blokade brutal sejak 2007. Tujuannya jelas, menembus pengepungan ilegal dan membawa pertolongan nyata bagi korban genosida.

Di atas kapal itu, terdapat tokoh-tokoh penting dari berbagai negara, termasuk Greta Thunberg dari Swedia, Rima Hassan dari Prancis, Yasemin Acar dari Jerman, hingga jurnalis Aljazeera Omar Faiad. Mereka bukan sekadar aktivis, tetapi saksi dan pelaku sejarah dalam perjuangan global melawan dehumanisasi sistematis yang dilakukan Israel.

Kapal Madleen bukan kapal perang. Ia bukan alat provokasi bersenjata. Ia adalah simbol perlawanan damai yang membawa susu formula, tepung, perlengkapan medis, prostetik anak-anak, dan peralatan desalinasi air. Semua hal yang justru membuktikan bahwa Israel tak hanya memblokade Gaza secara militer, tapi juga memblokade nilai-nilai kemanusiaan.

Kapal Madleen bukan sekadar armada kecil di laut, ia adalah suara dunia yang tak ingin lagi menjadi penonton genosida. Ketika bantuan pun dianggap ancaman, maka kemanusiaan sedang dilawan. Dan saat kemanusiaan dilawan, perlawanan adalah panggilan moral.

Pengepungan dan penculikan para aktivis di perairan internasional ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), khususnya hak kebebasan navigasi dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Israel sekali lagi menempatkan dirinya di atas hukum, seolah tak ada tatanan dunia yang mampu membendung agresi kejamnya.

Lebih ironis lagi, tindakan ini terjadi saat dunia mulai bersatu dalam menyerukan penghentian genosida di Gaza. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 54.880 warga Palestina terbunuh sejak serangan Israel dimulai pada Oktober 2023. Korban sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Korban dari kebungkaman dunia yang terlalu lama diam.

Solidaritas yang ditunjukkan dalam misi kapal Madleen menandai babak baru dalam diplomasi kemanusiaan. Ini bukan hanya tentang Gaza. Ini tentang moralitas dunia. Ini tentang bagaimana peradaban global tidak boleh menyerah pada kekuasaan militer tanpa hati nurani. Ini tentang bagaimana rakyat sipil dunia menolak menjadi penonton pembantaian.

Ketika negara-negara kuat gagal mengambil tindakan nyata, para aktivis lintas negara mengambil alih tugas moral tersebut. Aksi mereka bukan sekadar simbolik, namun ini adalah bentuk nyata dari tanggung jawab kolektif dunia terhadap prinsip Responsibility to Protect (R2P), yang sayangnya belum diaktifkan dalam kasus Gaza.

Dalam perspektif hukum internasional, tindakan militer Israel terhadap kapal Madleen adalah act of piracy dan unlawful interception. Tidak ada dasar legal yang membolehkan Israel menangkap kapal sipil berbendera negara sahabat yang tidak menimbulkan ancaman militer dan membawa bantuan kemanusiaan.

Respons dunia harus tegas dan kolektif. Dewan Keamanan PBB tidak boleh lagi menjadi panggung retorika kosong. Negara-negara Eropa, yang kini mulai berani mengkritik Israel, harus beralih dari tekanan diplomatik menjadi tindakan konkret, termasuk sanksi, embargo senjata, hingga gugatan di Mahkamah Internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun