Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Diplomasi Kedelai Sebagai Strategi China Membalas Perang Tarif Amerika

15 April 2025   22:33 Diperbarui: 15 April 2025   22:33 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedelai menjadi komoditas dan senjata dagang antara AS dan China dalam perang tarif (Sumber: sonora.id)

Langkah balasan China menimbulkan introspeksi nasional bagi AS. Banyak pihak mempertanyakan apakah kebijakan tarif ekstrem justru lebih banyak menimbulkan luka daripada kemenangan. Para ekonom memperkirakan bahwa meskipun China merugi dalam jangka pendek, AS menderita kerugian struktural yang lebih dalam di sektor pertanian.

Ketika Trump menaikkan tarif, Xi Jinping menjawab dengan kedelai. Satu biji kecil mengajarkan dunia bahwa dalam perang dagang, kekuatan tak selalu datang dari industri, tapi dari kebun dan strategi jangka panjang.

Trump menyadari bahwa balasan melalui kedelai bukan hanya mengganggu ekonomi, tapi juga menggoyahkan stabilitas politik domestik. China, dengan memilih titik lemah yang sangat simbolik dan strategis, menunjukkan keahlian dalam menggunakan ekonomi sebagai senjata dalam perang asimetris. Pada posisi inilah yang akhirnya akan memaksa AS mengajak negosiasi terhadap China, bukan Xi Jinping yang melobi Trump. 

Artikel ini menunjukkan bahwa dalam era globalisasi, pertanian bukan lagi isu domestik. Ia adalah bagian dari diplomasi, dari manuver kekuasaan, dan dari agenda geopolitik. Kedelai menjadi simbol bagaimana negara dapat menggunakan komoditas sebagai alat balas dendam yang sah secara ekonomi namun efektif secara politik.

Para analis pertanian industri internasional kini memperkirakan bahwa akan ada konsolidasi pasar kedelai global. Diversifikasi pasok menjadi kebutuhan mutlak. China tidak akan lagi sepenuhnya bergantung pada satu negara, dan AS harus membangun ulang kepercayaan pasar internasional yang sempat terkikis oleh kebijakan unilateral. Mestinya, Indonesia sebagai negara di kawasan khatulistiwa dengan curah hujan yang teratur mampu memanfaatkan sektor pertanian sebagai basis kekuatan geopolitik.

Pelajaran besar dari konflik ini adalah pentingnya ketahanan pasar dan diplomasi multilateral. Negara-negara penghasil harus membangun strategi jangka panjang agar tidak mudah dijadikan korban dalam konflik geopolitik. Dalam dunia yang saling terhubung, ketergantungan bisa menjadi kekuatan atau kelemahan yang tergantung siapa yang mengendalikannya.

Kedelai, dalam hal ini, telah membuktikan bahwa kekuatan sejati dalam perang tarif bukan hanya pada teknologi atau senjata, tetapi juga pada biji kecil yang menghidupi dunia dan menentukan arah politik global.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun