Mohon tunggu...
Muhammad Erza Farandi
Muhammad Erza Farandi Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - FDIKOM - Pengembangan masyarakat Islam

Hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ringkasan Buku Integrasi Sains dan Agama Bab 5 : Sejarah Ilmu

1 Juli 2025   20:32 Diperbarui: 1 Juli 2025   20:32 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan demikian, pengetahuan primitif tidak boleh dianggap sebagai tahap rendah atau tidak penting. Ia adalah fondasi bagi segala bentuk kemajuan intelektual manusia. Pemahaman terhadap sejarah awal pengetahuan ini memberikan pelajaran penting tentang peran budaya, nilai, dan intuisi dalam proses keilmuan yang terus berkembang hingga saat ini.

Budaya Kuno Maju

Perkembangan ilmu pengetahuan lebih terstruktur mulai tampak dalam peradaban-peradaban kuno yang maju seperti Mesir Kuno, Babilonia, India, dan Tiongkok. Peradaban-peradaban ini memiliki kebutuhan praktis yang mendorong eksplorasi pengetahuan, seperti pengelolaan air untuk pertanian, pembangunan arsitektur monumental, dan pencatatan waktu. Ilmu dalam budaya kuno tidak hanya digunakan untuk kepentingan teknis, tetapi juga berkaitan erat dengan sistem kepercayaan, administrasi pemerintahan, dan pengembangan budaya.

Mesir Kuno dikenal sebagai pelopor dalam pengembangan ilmu geometri dan kedokteran. Pembangunan piramida, kuil, dan sistem irigasi yang kompleks menuntut penguasaan aritmetika dan pengukuran yang cermat. Dalam bidang kedokteran, Mesir Kuno menghasilkan teks-teks medis seperti Papirus Ebers yang mendokumentasikan ratusan jenis penyakit, obat-obatan dari tumbuhan, serta prosedur bedah sederhana. Peran pendeta sebagai ilmuwan juga penting, karena mereka dianggap sebagai penghubung antara dunia fisik dan metafisik.

Babilonia atau Mesopotamia merupakan pusat astronomi dan matematika pada masanya. Mereka menggunakan sistem bilangan berbasis 60 (seksagesimal) dan mengenal konsep pembagian waktu dalam satuan 60 menit dan 60 detik. Ahli astronomi Babilonia mencatat gerak planet dan bintang, serta membuat tabel prediksi gerhana. Ilmu mereka digunakan untuk pertanian (kalender tanam), ritual keagamaan, dan navigasi. Keakuratan dalam observasi bintang mencerminkan keteraturan dalam berpikir dan keinginan untuk memahami hukum-hukum alam.

Di India, perkembangan ilmu terintegrasi erat dengan sistem filsafat dan spiritualitas. Konsep angka nol dan sistem bilangan desimal berasal dari India, serta memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan matematika di dunia. Ilmu pengobatan Ayurveda juga berkembang dengan pesat, didasarkan pada pengamatan empiris dan prinsip keseimbangan tubuh. Dalam teks-teks Veda dan Upanishad, terdapat pemikiran kosmologis dan logika yang kemudian memengaruhi ilmu filsafat dan logika di dunia Timur dan bahkan Arab.

Tiongkok Kuno terkenal dengan warisan ilmiah dan teknologinya yang luas. Mereka menemukan kertas, kompas, bubuk mesiu, dan mesin cetak jauh sebelum dunia Barat mengenalnya. Dalam bidang astronomi, Tiongkok memiliki catatan pengamatan komet dan fenomena langit yang sistematis. Ilmu kedokteran Tiongkok berkembang dengan prinsip yin-yang dan lima unsur, serta penggunaan akupunktur dan tanaman herbal. Teknologi pertanian dan hidrolik mereka sangat maju, seperti terlihat dalam sistem irigasi dan alat ukur waktu seperti jam air.

Ciri khas dari ilmu dalam budaya kuno maju adalah keterpaduannya dengan nilai-nilai budaya dan religius. Ilmu tidak dikembangkan demi ilmu itu sendiri, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperkuat struktur masyarakat. Kalangan elit, terutama pendeta, bangsawan, dan birokrat, memiliki akses terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan, yang menjadikan ilmu sebagai bagian dari kekuasaan dan legitimasi politik.

Namun, terlepas dari latar belakang spiritual dan simboliknya, masyarakat kuno telah menunjukkan pemikiran rasional dan logis. Mereka mengenal pola, membuat prediksi, menyusun katalog, dan menciptakan alat bantu hitung serta ukur. Inilah yang menjadi benih-benih pemikiran ilmiah meskipun belum dalam bentuk teori atau metode yang sistematis.

Dalam konteks filsafat ilmu, budaya kuno menunjukkan bahwa ilmu berkembang seiring dengan kompleksitas kebutuhan manusia dan organisasi sosial. Masyarakat yang lebih kompleks membutuhkan sistem pengetahuan yang lebih terstruktur. Meski metodologi ilmiah belum sepenuhnya berkembang, prinsip dasar seperti observasi, klasifikasi, dan aplikasi pengetahuan untuk kehidupan praktis telah digunakan.

Oleh karena itu, warisan ilmu dari budaya kuno maju merupakan pilar penting bagi kemunculan sains di masa Yunani dan Islam. Tanpa kontribusi budaya-budaya ini, fondasi pengetahuan modern tidak akan terbentuk sekuat sekarang. Kajian terhadap ilmu dari budaya kuno memberikan pemahaman bahwa sains bukanlah produk eksklusif satu peradaban, tetapi hasil kolektif dari akumulasi peradaban manusia selama ribuan tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun