Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebaran Bukan Sekedar Seremonial: Bagaimana Mempertahankan Esensi Spiritualnya?

4 April 2025   16:00 Diperbarui: 4 April 2025   15:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Momen lebaran (sumber gambar: kimbo.id)

"Lebaran selalu menjadi momen yang dinanti-nantikan."

Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, Hari Raya Idulfitri menjadi waktu yang penuh kebahagiaan, di mana keluarga berkumpul, sanak saudara saling bermaafan, dan tradisi khas Lebaran seperti mudik, berbagi makanan, serta mengenakan pakaian baru semakin menambah kehangatan suasana.

Namun, di balik segala kemeriahan tersebut, sering kali makna mendalam dari Idulfitri terlupakan. Banyak orang lebih fokus pada perayaan dan euforia sesaat, sementara esensi spiritualnya perlahan memudar setelah hari raya berlalu. Padahal, Idulfitri bukan hanya sekadar seremoni tahunan, tetapi juga momen refleksi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Pertanyaannya, bagaimana kita bisa menjaga nilai-nilai kebaikan yang telah kita bangun selama Ramadan agar tidak hilang begitu saja setelah Lebaran? Bagaimana cara mempertahankan semangat spiritual dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari?

Memaknai Kembali Arti Idulfitri

Lebaran bukan hanya tentang baju baru, hidangan lezat, atau mudik ke kampung halaman. Lebih dari itu, Idulfitri memiliki makna spiritual yang dalam sebagai simbol kemenangan atas perjuangan melawan hawa nafsu selama Ramadan. 

Ini adalah momen di mana seseorang diharapkan kembali ke fitrah, yaitu kondisi jiwa yang lebih bersih, penuh keikhlasan, dan semakin dekat dengan Tuhan serta sesama. Namun, sering kali setelah perayaan berakhir, semangat yang telah dibangun selama Ramadan perlahan menghilang. 

Kebiasaan ibadah yang lebih terjaga, kesabaran dalam menghadapi ujian, serta kepedulian terhadap sesama yang begitu kuat di bulan Ramadan, sering kali mulai memudar begitu hari-hari kembali ke rutinitas biasa.

Menjaga Konsistensi Ibadah dan Kebiasaan Baik

Selama Ramadan, banyak dari kita lebih disiplin dalam beribadah, seperti shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah. Bulan penuh berkah ini seolah menjadi dorongan kuat untuk meningkatkan kualitas spiritual dan memperbaiki diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun