Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebaran Bukan Sekedar Seremonial: Bagaimana Mempertahankan Esensi Spiritualnya?

4 April 2025   16:00 Diperbarui: 4 April 2025   15:27 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Momen lebaran (sumber gambar: kimbo.id)

Namun, setelah Ramadan berlalu, tantangan sebenarnya muncul bagaimana menjaga konsistensi dalam beribadah dan mempertahankan kebiasaan baik yang telah terbentuk. Salah satu alasan mengapa ibadah lebih terjaga di bulan Ramadan adalah karena suasana yang mendukung. 

Mulai dari suasana masjid yang lebih ramai, keluarga yang saling mengingatkan, hingga dorongan kolektif untuk berbuat lebih baik. Namun, di luar bulan suci, godaan untuk kembali ke kebiasaan lama sangat besar. 

Kesibukan sehari-hari, tuntutan pekerjaan, dan kurangnya lingkungan yang mendukung sering kali membuat semangat ibadah perlahan menurun. Agar tidak kembali ke pola lama, penting untuk menetapkan niat yang kuat dan membuat strategi agar ibadah tetap terjaga. 

Menerapkan Nilai Silaturahmi dalam Kehidupan Sehari-hari

Salah satu tradisi utama Lebaran adalah silaturahmi, di mana kita saling meminta maaf dan mempererat hubungan dengan keluarga serta kerabat. 

Momen ini menjadi waktu yang dinanti-nantikan, karena memberikan kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang terkasih, memperbaiki hubungan yang sempat renggang, dan menguatkan kembali ikatan emosional yang mungkin terabaikan akibat kesibukan sehari-hari.

Namun, sering kali setelah Lebaran berlalu, semangat silaturahmi ini perlahan memudar. Hubungan yang sempat hangat kembali menjadi dingin, komunikasi jarang dilakukan, dan interaksi kembali terbatas hanya pada momen-momen tertentu. 

Padahal, hakikat dari silaturahmi bukan hanya tentang saling bersalaman dan mengucapkan maaf, tetapi juga tentang menjaga hubungan baik dalam jangka panjang.

Agar nilai silaturahmi tetap terjaga, kita perlu menjadikannya sebagai bagian dari kebiasaan, bukan hanya tradisi tahunan. Hal ini bisa dimulai dengan hal sederhana, seperti tetap menjalin komunikasi dengan keluarga dan sahabat, tidak hanya saat Lebaran tetapi juga di hari-hari biasa. 

Menjadikan Lebaran Sebagai Awal, Bukan Akhir

Alih-alih melihat Lebaran sebagai penutup dari Ramadan, kita bisa memaknainya sebagai awal perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun