Mohon tunggu...
Abdillah Awang
Abdillah Awang Mohon Tunggu... Politisi - Pejuang hidup

Pria yang hampir menyerah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiup Lilin Pertama atas Kepergiannya

6 Maret 2024   22:11 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:40 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisah ini menceritakan tentang pria bernama Amad yang ditinggal pergi begitu saja oleh pujaan hatinya yang bernama Roya. 

Cerita berawal dari pertemuan mereka berdua yang secara tidak sengaja pada enam tahun silam di sebuah pasar. Amad dan Roya sama-sama menjadi orang perantauan di Kota G. 

Roya merantau ke Kota G untuk menimba ilmu, sedangkan Amad nekat merantau ke kota untuk mempertaruhkan hidupnya untuk bersekolah namun juga sambil bekerja serabutan, salah satunya berjualan tahu di pasar.

Kali pertama pertemuan mereka di pasar itu tak ada yang spesial, hanya pertemuan antara seorang pedagang tahu dan pembeli. 

Amad cukup terkenal di pasar itu karena sikapnya yang gampang akrab dengan sesama pedagang maupun pembeli.

Tahu yang dijual Amad juga dinilai oleh para pembeli rasanya enak dan harganya murah.


Singkat cerita, takdir kembali mempertemukan Amad dan Roya, kali ini bukan pertemuan antara penjual dan pembeli, melainkan pertemuan sesama pelajar. Ya, dua insan tersebut secara kebetulan bersekolah di tempat yang sama.

Musabab karakter Amad yang gampang akrab dengan orang lain, mulai lah dia membuka pembicaraan dengan Roya.

Dia juga masih ingat betul bahwa Roya adalah pembeli tahu dagangannya tempo hari di pasar. Selain karena parasnya yang cantik, Amad ingat betul dengan Roya karena merasa heran ada anak muda yang masih sudi masuk ke pasar tradisional hanya untuk membeli tahu.

Karena seringnya bertemu dengan Roya, dengan berjalannya waktu mereka pada akhirnya akrab satu sama lain. 

Sesekali mereka juga menghabiskan waktu berdua di warung kopi belakang sekolahan ketika Amad usai pulang dari berjualan tahu di pasar. 

Awalnya obrolan di warung kopi tersebut hanya membahas siapakah Amad dan siapakah Roya. 

Diketahui Amad merupakan pemuda dari desa yang telah beberapa tahun merantau ke Kota G dengan tujuan mencari uang untuk biaya sekolah, setelah beberapa tahun tersebut dirasa uang untuk bersekolah telah cukup, maka dengan nekat Amad mendaftar sekolah meskipun secara matematis dia telah telat dibandingkan anak seusianya. 

Sementara Roya merupakan gadis dengan keadaan ekonomi yang sangat berkecukupan atau bahkan berlebih, istilah hidup susah jarang sekali dia merasakannya.

Dua dunia yang berbeda antara mereka berdua justru membuatnya semakin dekat, karena dengan pengalaman pahit dan manis dalam kehidupan Amad yang sering diceritakan kepada Roya membuat gadis tersebut semakin tertarik dan penasaran, maklum saja kehidupan keras dan rasa ketidak adilan dalam hidup Amad belum pernah didengar oleh telinga gadis itu.

Seiring berjalannya waktu hubungan mereka semakin dekat bak sepasang sejoli yang saling terpikat oleh satu sama lain. 

Suatu ketika Amad memberanikan diri menyatakan rasa suka pada Roya, namun dia hanya sebatas menyatakan suka dan cinta padanya, tanpa meminta Roya untuk menjadi kekasihnya. 

Amad juga sadar diri ada jurang pemisah antara keduanya dalam berbagai faktor. Kemudian Roya pun menerima ungkapan perasaan dari Amad itu. 

Sejalan dengan dengan Amad, dia juga enggan untuk menjalin hubungan sebagai kekasih dengan Amad untuk waktu sekarang. 

Namun Roya juga mengungkapkan bahwa dia juga nyaman dengan kehadiran Amad dalam hidupnya, dia juga mengatakan bahwa Amad merupakan pria yang cocok atau pujaan untuknya.

Singkat cerita kedua muda-mudi itu masih sering bertemu dan masih menjalin hubungan baik setelah mereka mengungkapkan perasaannya satu sama lain. 

Mereka juga tak merasa ada perbedaan setelah hal itu, masih berteman dan menikmati seduhan kopi bersama meski tanpa hubungan kekasih yang merupakan konsensus dari keduanya.

Tak terasa beberapa tahun berlalu, tiba di ujung perpisahan karena keduanya telah lulus sekolah dari Kota G.

Menjelang kelulusan mereka saling memberikan kenangan. Amad memberikan buku dengan tulisan tangan cerita awal sampai akhir pertemuannya dengan Roya. Sementara Roya memberikan sebuah arloji kepada Amad, tujuannya agar pria tersebut ingat waktu untuk istirahat.

Namun tak selang lama perpisahan itu ditutup dengan hal yang membuat perasaan Amad teriris.

Ceritanya bermula ketika Amad membuat luka hati Roya dengan tindakannya. Kemudian Roya mengungkapkan hal yang sebelumnya Amad tak pernah membayangkan akan keluar dari mulut gadis itu. 

Roya mengungkapkan bahwa ucapannya ke Amad dulu tentang dia nyaman dengan pria penjual tahu tersebut dan Amad lah pria pujaannya adalah semata-mata karena Roya mengkasihani Amad.

Pria malang itu terkejut karena untaian kata indah yang keluar dari mulut Roya kepadanya karena gadis itu merasa kasihan padanya. 

Dia kecewa mengapa tak sedari awal Roya tidak jujur pada Amad dan pada dirinya sendiri.

Kemudian setelah itu Roya meninggalkan Amad begitu saja. Roya meninggalkan Amad dengan hati yang terluka, sementara Amad ditinggalkan dengan perasaan yang hancur lebur.

Tepat setahun telah berlalu, Amad meneruskan hidupnya yang semakin terjal dan hampa, sementara Roya membuka lembaran hidupnya dengan canda dan bahagia.

Amad kemudian memandangi arloji pemberian Roya bukan untuk mengingat kapan dia harus beristirahat, namun untuk menghitung detik demi detik Roya meninggalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun