Itu berarti kondisi saat kita lahir, seperti jenis kelamin, orang tua, saudara-saudara, etnis/suku, tanah air, warna kulit, serta paras wajah merupakan hal-hal yang termasuk ke dalam fakta absolut sehingga kita mesti merasa puas terhadapnya.
Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa merasa puas dan bukannya berpuas diri dengan fakta absolut yang kita miliki?Â
Seperti yang kita tahu, seseorang yang terlahir dengan paras seperti Socrates belum tentu akan merasa puas layaknya Socrates.
Dalam hal ini, saya percaya bahwa manusia adalah makhluk yang selalu menuntut rasionalisasi.Â
Anda boleh saja menyangkal bahwa pada hal tertentu kita bisa menerima sesuatu secara apa adanya. Namun pada dasarnya, tuntutan ini selalu ada dalam diri kita.
Sekarang bagaimana mungkin Socrates bisa merasa puas terhadap dirinya yang "buruk rupa"?Â
Perhatikan kembali dialog Socrates yang saya soroti dengan huruf tebal. Jika Anda menyadarinya, Socrates melakukan rasionalisasi terhadap rupa wajahnya.
Saya sendiri sering disindir oleh saudara perempuan saya tentang paras yang jarang dirawat dan sering kali tidak peduli dengan penampilan.Â
Dan untuk menjadi bangga terhadap diri sendiri, saya tidak bisa merasa puas begitu saja dengan menyangkal fakta yang ada.
Adalah benar bahwa saya terlahir dengan paras yang (dalam pandangan umum) pas-pasan.Â
Dengan fakta demikian, saya tidak bisa menghibur diri sendiri semata-mata untuk mengungkapkan pada dunia bahwa saya merasa puas dengan apa adanya diri saya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!