Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Menggali Makna Indah dari Idul Adha dan Pelurusan Paradigma Terhadapnya

19 Juli 2021   09:55 Diperbarui: 10 Juli 2022   07:10 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Adha lebih dari sekadar tradisi dan menyimpan segudang visi moralitas di baliknya | Ilustrasi oleh Mabel Amber via Pixabay

Idul Adha menyuratkan makna itu secara elok. Ini bukan hanya jual-beli kita dengan Tuhan, tapi juga seberapa relanya kita berkorban untuk kesejahteraan umat manusia itu sendiri. Tentu pengorbanan yang dimaksud harus berlandaskan pada kebenaran sejati.

Dan satu-satunya kebenaran sejati adalah Tuhan.

Lebih jauh lagi, kemuliaan seseorang yang berkurban tidak dinilai dari apa yang dikurbankannya, melainkan dari seberapa lapang kebesaran hatinya untuk berkurban (lihat Al-Maidah ayat 27).

Berbagi kebahagiaan

Harmonisasi Idul Adha terjadi ketika daging kurban selesai diproses, kemudian dibagikan kepada mereka yang berhak dan disantap bersama-sama dengan penuh raut gembira serta kemenangan. Meskipun sekarang sedang pandemi, kehangatan itu sepatutnya tidak pudar.

Mereka yang sangat jarang mengonsumsi daging dapat merasakan kenikmatan makanan "mewah" di momen ini. Ketika mereka tersenyum sebagai tanda berterima kasih, adalah suatu kebahagiaan yang amat manis bagi mereka yang berkurban.

Tapi Idul Adha hanyalah bentuk simbolik sebagai pengingat. Idul Adha hanya memberi gambaran tentang betapa indahnya berbagi dan kebersamaan, sedangkan wujud nyatanya terbukti ketika tradisi semacam ini terjadi setiap saat.

Bahkan seandainya pandemi ditanggulangi dengan cara demikian, orang-orang mampu berbagi kepada mereka yang kekurangan, penekanan angka positif bisa ditekan. Selama ini orang-orang banyak melanggar protokol kesehatan karena dituntut perekonomian.

Mengingat kematian

Mereka yang berkurban sangat dianjurkan untuk melihat proses penyembelihan hewan kurbannya. Mengapa? Sederhana: agar mereka mengingat kematian. Bahwa kehidupan dunia tidak abadi. Bahwa kematian bukanlah sesuatu yang mesti ditakutkan, melainkan dipersiapkan.

Pada akhirnya, saya ingin menarik benang merahnya bahwa semua ketentuan Allah adalah untuk kebaikan alam semesta itu sendiri, bukan semata-mata Allah membutuhkan sesuatu atau mengidap gila hormat. Selama ini, sekelumit orang menganggapnya demikian.

Dalam setiap ibadah selalu terkandung visi moralitas. Hidup ini ibarat sebuah labirin yang dipenuhi jalan berkelok-kelok. Kitab suci adalah petunjuk kita dan ibadah adalah manifestasinya.

Begitu pun ibadah dalam perayaan Idul Adha. Jika kita sungguh-sungguh membuka diri kita pada visi moralitas tersebut ... Allah akan dengan senang hati membuka jalan-Nya untuk kita. Dia bagaikan cahaya, tinggal bagaimana kita membiarkan cahaya itu masuk ke dalam diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun