Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Menggali Makna Indah dari Idul Adha dan Pelurusan Paradigma Terhadapnya

19 Juli 2021   09:55 Diperbarui: 10 Juli 2022   07:10 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Adha lebih dari sekadar tradisi dan menyimpan segudang visi moralitas di baliknya | Ilustrasi oleh Mabel Amber via Pixabay

Tokoh dalam dongeng tidak menggantungkan diri pada alur atau latar dalam dongeng tersebut, melainkan pada penulis dongeng itu sendiri.

Pesan bahwa cinta membutuhkan pembuktian

Dalam kata-kata Erich Fromm, "Perlu beberapa saat untuk memberi tahu seseorang bahwa Anda mencintainya, tetapi butuh waktu seumur hidup untuk membuktikannya."

Kita bisa mengungkapkan tentang seberapa cintanya kita pada Tuhan, tetapi apa yang membuktikan cinta kita itu nyata dan bukan hanya omongan belaka? Idul Adha memberi kesempatan pada kita untuk membuktikan rasa cintanya kepada Allah.

Adalah tentang seberapa relanya kita mengorbankan sekelumit harta untuk kesejahteraan manusia itu sendiri.

Mengikis daya hewani dan sepenuhnya menjadi manusia

Proses penyembelihan ketika Idul Adha menjadi simbol bahwa manusia mesti sepenuhnya menjadi manusia dan melampaui daya hewani.

Setidaknya ada tiga daya yang menghidupkan seluruh makhluk di muka bumi, yaitu daya nabati, daya hewani, dan daya manusia. Daya nabati dialami oleh seluruh makhluk hidup seperti makan, berkembang biak, tumbuh, dan berkembang.

Daya hewani hanya dimiliki oleh hewan dan manusia seperti naluri, berpikir, gerak yang lebih bebas, dan nafsu. Tetapi melampaui itu, manusia punya kemampuan berpikir yang lebih kompleks, kesadaran diri sepenuhnya, bahkan intuisi.

Beberapa filsuf mengatakan bahwa manusia adalah hewan yang berpikir. Jadi ya ... ketika Anda menjalani hidup tanpa berpikir ...

Tapi dalam momen Idul Adha, pengikisan sifat hewan lebih khusus pada sifat nafsunya. Seorang manusia tidak boleh mengandalkan nafsunya, karena tidak hanya mengacaukan dunia, tapi juga menghancurkan dirinya sendiri.

Dorongan nafsu dapat menyesatkan kita, acapkali membuat kita tidak peka dan tidak peduli terhadap penderitaan orang lain.

Bahwa hidup ini menuntut pengorbanan

Hidup itu seperti perdagangan akbar: apa yang Anda terima adalah hasil dari apa yang Anda lepas. Dalam konsep trade-off, kita mesti mengorbankan sesuatu untuk meningkatkan sesuatu di lain sisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun