Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Menggali Makna Indah dari Idul Adha dan Pelurusan Paradigma Terhadapnya

19 Juli 2021   09:55 Diperbarui: 10 Juli 2022   07:10 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Adha lebih dari sekadar tradisi dan menyimpan segudang visi moralitas di baliknya | Ilustrasi oleh Mabel Amber via Pixabay

Tentu pengorbanan yang dimaksud tidak sekadar merujuk pada berperang, tetapi dalam Idul Adha pun, ayat ini menunjukkan tawaran kasih sayang Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ayat tersebut sama sekali tidak mengandung paksaan.

Tidak ada pembeli yang memaksa seorang pedagang ketika pedagang tersebut tidak memiliki sesuatu untuk dijual. Tetapi jika pedagang punya sesuatu untuk dijual, mengapa dia menolak tawaran pembeli yang ingin menukarnya dengan kemuliaan?

Saya sendiri tidak begitu fokus pada tawaran surga. Apa yang jauh lebih menarik bagi saya adalah, seberapa relanya kita untuk berserah pada Allah. Sebab perintah Allah adalah kebutuhan fitrah kita. Sebab kehendak Allah adalah kebaikan untuk kita.

Dalam An-Nahl ayat 97, Allah menjamin kebahagiaan pada mereka yang berkomitmen untuk mengikuti aturan Allah.

Menjadi orang kaya dengan tepat

Jujur saja, saya tidak suka ketika agama dijadikan candu, yaitu ketika agama dijadikan sebagai pelarian dari ketidakberdayaan mereka terhadap kehidupan.

Saya sedikit geram dengan mereka yang berkata, "Tenang, orang miskin itu lebih dekat dengan surga," atau, "Allah bersama orang-orang lemah seperti kita," atau, "Allah memuliakan orang-orang miskin seperti kita."

Semua itu benar dan keliru, atau secara harfiah, tidak mengungkapkan apa pun. Dan yang menjadi bagian terburuknya adalah, Islam dikesankan sebagai agama yang menginginkan umatnya hidup miskin, menjadi orang lemah, dan cinta dengan ketidakberdayaan.

Tidak, justru Islam ingin umatnya menjadi kaya, bermental kuat, dan menjadi khalifah di muka bumi. Rukun Islam kelima dan momen Idul Adha mengindikasikan umat Islam harus menjadi kaya raya.

Bahkan lebih indah dari itu, Islam ingin umatnya menjadi kaya secara tepat. Adalah menjadi kaya tanpa ketergantungan terhadap kekayaannya itu sendiri.

Momen Idul Adha melukiskan kesan yang luar biasa bahwa seorang muslim tidak boleh mengikatkan dirinya pada harta kekayaan dengan diukur dari seberapa relanya dia mengorbankan hartanya itu untuk berbagi dengan yang lain.

Ketidaktergantungan kita terhadap harta menyiratkan pesan bahwa tidak boleh ada sesuatu pun yang mengusik kebahagiaan kita. Toh harta hanyalah pernak-pernik dongeng kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun