Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Darurat Ekoliterasi

10 April 2021   16:09 Diperbarui: 10 April 2021   16:24 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita menyiapkan seribu sendok di saat yang kita butuhkan hanyalah satu pisau | Ilustrasi oleh JuergenPM via Pixabay

Ada beribu aspek kehidupan yang menyita perhatian orang sebelum mereka sempat memikirkan hal yang aneh seperti kepentingan lingkungan dan planet ini.

Lihatlah apa yang ditulis di portal berita online, media sosial, bahkan tayangan di berbagai media elektronik, mayoritas hanya menayangkan tentang olahraga, perjudian, perselingkuhan, pembunuhan, gosip selebriti, seks, gaya hidup kaum sultan. 

Inilah yang dibicarakan orang kebanyakan. Di seputar inilah orang-orang berkumpul. Itulah yang mereka inginkan dan pedulikan. Kita telah menjauhkan diri dari alam tempat kita hidup dan mengabaikan seluruh eksistensi. 

Sudah sebegitu jauh hingga anak-anak lebih bisa menyebutkan nama-nama pemain film roman picisan ketimbang menyebutkan jenis-jenis burung.

Ke mana arah semua ini? Dan yang terpenting, mengapa orang-orang lebih tergila-gila dengan jumlah followers Instagram ketimbang jumlah pohon yang telah ditanamnya? 

Saya berpendapat bahwa skandal ini terjadi akibat paradigma kita yang keliru dalam menempatkan diri dengan alam. Media sosial dan media jurnalistik telah berpengaruh banyak terhadap pembelokan paradigma ini. 

Mereka menyerangnya langsung menuju akar: paradigma masyarakat. Karenanya, hanya dengan cara manusiawilah kita mungkin dapat menyelamatkan lingkungan yang pada dasarnya merupakan aspek paling fundamental.

Kita hanya perlu menggeser sebagian dari fokus orang-orang pada gosip selebriti dan obsesi menjadi tenar ke masalah lingkungan hidup, dan sejumlah spesies flora dan fauna yang terancam punah. 

Jadi, mereka bisa terus berbincang seperti sediakala, tapi sekarang bisa sedikit berbincang tentang upaya pengurangan sampah plastik atau terancamnya burung merak; tidak hanya tentang Liverpool atau Barcelona.

Bagaimana ini bisa terwujud? Satu persyaratan untuk upaya ini adalah adanya sebuah katalog lengkap terkait kerusakan lingkungan yang dapat diakses dengan mudah di internet. Ya, itu terlalu subjektif. 

Tapi pada intinya, kita tanamkan ekoliterasi dalam pembicaraan setiap orang melalui teknologi yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun