Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Darurat Ekoliterasi

10 April 2021   16:09 Diperbarui: 10 April 2021   16:24 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita menyiapkan seribu sendok di saat yang kita butuhkan hanyalah satu pisau | Ilustrasi oleh JuergenPM via Pixabay

Kerusakan lingkungan berhubungan erat dengan masalah ekonomi. Orang-orang kaya tidak mau melewatkan setiap kesempatan untuk terus-menerus memperkaya diri, misalnya dengan mengeksploitasi sumber daya alam seperti minyak bumi, batu bara, dan mineral di daerah-daerah yang rentan. Namun, kemiskinan juga menjadi penyebab ekosistem dimanfaatkan dengan cara yang tidak berkelanjutan.

Dan lagi, krisis lingkungan ini bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. 

Akibatnya, manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam semesta seutuhnya.

Masalahnya, hal semacam ini sering terlalu besar untuk dipertanyakan kepada setiap individu. Apa yang bisa saya lakukan untuk pendayagunaan hutan Kalimantan di masa pandemi, misalnya? Bukan begitu cara manusia berpikir. Otak manusia tidak didesain untuk berpikir begitu. 

Manusia adalah makhluk individualis, memikirkan diri sendiri, dan suka bermain-main. Setiap usaha untuk menyelamatkan manusia dan Bumi yang kita tinggali ini, haruslah memerhatikan sifat tersebut. Mari, saya tunjukkan sebuah contoh berikut ini.

Seandainya pemerintah menetapkan pajak pelestarian lingkungan, pasti banyak yang akan memprotesnya, dengan mempertanyakan apa yang dimaksud dengan lingkungan, dan kebijakan politik lingkungan apa yang terbaik dan terpenting? 

Mungkin sebagian orang akan setuju, tapi tetap akan ada yang memprotes, misalnya spesies-spesies apa yang lebih penting untuk dilestarikan? 

Saya tidak menyukai serigala, kata para peternak domba. Dan orang-orang perkotaan akan keberatan membayar pajak untuk pelestarian sekelompok badak yang memang tidak berpengaruh apa-apa terhadap kehidupan mereka.

Namun, seandainya setiap wajib pajak dapat memilih satu sampai delapan spesies untuk menyalurkan pajak lingkungannya, maka masuklah unsur pendapat pribadi dan sukarela dalam hal ini. Jadi, orang akan bisa berpendapat, dan merasa dirinya penting.

Sayangnya, saya mendengar sebuah keberatan. Apakah orang-orang akan benar-benar peduli dengan alam? 

Ada terlalu banyak kebebasan di dunia ini, terlalu banyak hak bagi setiap individu, terlalu banyak daya beli bagi si kaya, terlalu banyak tuntutan bagi si miskin, dan terlalu sedikit tanggung jawab atas sumber daya alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun