Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Manusia adalah Monster yang Nyata

4 April 2021   08:39 Diperbarui: 4 April 2021   08:39 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alam telah berbicara pada kita | Ilustrasi oleh Stefan Keller via Pixabay

Laporan yang sama juga menemukan bahwa kelimpahan rata-rata tumbuhan, hewan, dan serangga asli telah turun di sebagian besar ekosistem utama setidaknya 20% sejak tahun 1900 karena spesies invasif.

Para ilmuwan percaya bahwa polusi, pembukaan lahan, dan penangkapan ikan berlebihan dapat menyebabkan kepunahan setengah dari spesies darat dan laut yang ada di planet ini pada tahun 2100.

Kita tidak bisa lagi mengatakan bahwa kita tidak tahu. Kita tidak pernah memiliki satu pun pernyataan lugas dari pemerintah dunia yang menjelaskan krisis biodiversitas secara tegas.

Apalagi kurikulum nasional yang memperingatkan bahwa Bumi sedang berada di ujung tanduk; tidak, tidak ada. Karenanya jangan heran kalau generasi muda kita tidak tahu apa-apa soal itu. Mereka lebih suka bermain video game yang pada dasarnya disajikan oleh peradabannya.

Tragedi ini seperti menjadi fenomena baru yang kita lihat di sini. Padahal, kitalah para pelakunya. Kita sedang berjalan menuju tepi jurang dengan mata terpejam.

Kita memperjuangkan segala kebutuhan dan kepentingan kita. Perhatikan dua pilihan berikut: mempertimbangkan kelestarian alam atau mengabaikan kelestarian alam.

Mayoritas orang akan menjatuhkan pilihan bukan berdasar pada kelestarian alamnya, tapi tentang seberapa menguntungkannya pilihan itu bagi mereka.

Jika merusak alam berarti memenuhi segala kebutuhannya, maka itulah yang mereka pilih. Penutup mata itu semakin lekat menggelapkan pandangan dan pikiran.

Padahal, merusak kerajaan alam sama dengan mengikis fondasi ekonomi, mata pencaharian, ketahanan pangan, kesehatan, dan kualitas hidup kita di seluruh dunia.

Karena pada dasarnya, alam bukan sekadar pelayan manusia. Alam adalah bagian dari manusia itu sendiri. Kita sedang merusak peradaban kita sendiri.

Kita menjadi buta dan tuli hanya karena alam tidak melayangkan protes dan keluhan atas eksploitasi manusia terhadapnya. Bumi dipandang seperti sebongkah batu raksasa yang (sekadar) mewadahi kehidupan akbar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun