Namun, keseimbangan regional tidak lagi sama. Pusat gravitasi Timur Tengah telah bergeser ke arah Teluk, dan kerajaan-kerajaan konservatif yang kaya minyak seperti Arab Saudi, UEA, dan Qatar sekarang menjadi nama-nama teratas dalam politik Arab.
Di tahun 2002, kemenangan AKP, partai reformis Islamis Recep Tayyip Erdogan dalam pemilihan Turki telah menambahkan elemen lain, yang mana membuat Turki turut menjadi pemain penting dalam politik Arab.
Pada 11 September 2001, al-Qaeda menyerang Amerika Serikat. Negeri Paman Sam segera bereaksi dengan meluncurkan “perang melawan teror”. Dalam krisis, Putin melihat peluang: ia menawarkan dirinya kepada Presiden Amerika Serikat George W. Bush sebagai mitra kontraterorisme, menyoroti sejarah Rusia dengan jihadis Chechnya.
Segera setelah serangan, Rusia juga memfasilitasi invasi Amerika Serikat ke Afghanistan yang dikuasai Taliban, meskipun hal itu membuat pasukan Amerika tidak nyaman berada di dekat perbatasan Rusia.
Namun, masalah mulai menumpuk dengan cepat. Para pemimpin Rusia marah dengan rencana pertahanan rudal Amerika Serikat yang baru dan ekspansi NATO ke Eropa Timur.
Mereka kesal dengan kritik Amerika Serikat terhadap catatan demokrasi Kremlin dan pelanggarannya di Chechnya, serta terganggu oleh pengaruh Amerika Serikat yang merayap lebih dalam ke Asia Tengah setelah jatuhnya Taliban.
Amerika Serikat yang terburu-buru berperang di Irak pada 2002–2003 membuat retakan yang lebih dalam dalam hubungan AS-Rusia. Rusia menentang perang, mengantisipasi dengan tepat bahwa ia akan kehilangan klien senjata utama dan mitra industri minyak. Moskow juga menyadari bahwa kejatuhan Saddam Hussein akan memicu ketidakstabilan regional Timur Tengah.
Putin menolak untuk menerima bahwa Amerika Serikat dapat secara sepihak menggulingkan pemerintah yang tidak diinginkan. Untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an, Moskow mengambil sikap keras terhadap Washington atas masalah Timur Tengah.
Tidak ada yang berhasil: Amerika Serikat dan sekutu menyerbu seperti yang direncanakan pada Maret 2003. Alih-alih menunjukkan tekad Rusia, invasi ke Irak menyoroti ketidakrelevannya, mempermalukan Putin dan meracuni hubungan AS-Rusia.
Lebih parahnya lagi, kampanye demokratisasi Timur Tengah dengan suara-suara gemuruh di sayap kanan Amerika Serikat yang menganjurkan invasi ke Suriah dan Iran nyatanya telah menyerang syaraf Rusia.
Istilah ini merujuk, dalam politik Rusia, pada serangkaian pemberontakan sipil di bekas Blok Timur, terutama di Serbia (2000), Georgia (2003), Ukraina (2004), dan Kirgistan (2005). Protes menargetkan otokrat yang bersahabat dengan Rusia, didukung oleh Barat dan, pada tingkat yang jauh lebih rendah, didukung oleh Barat.