Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Imajinasi Senja dan Penulis Indie

3 Maret 2023   19:42 Diperbarui: 4 Maret 2023   17:05 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang diimajinasikan dalam kata senja?
Kenapa senja punya arti perpisahan?
Kenapa banyak judul buku "senja"?

Belakangan ini banyak penulis yang menggunakan kata "senja" sebagai judul mereka. Keajaiban apakah sebenarnya yang sedang dibuat mereka? 

Penggunaan kata ini cukup ramai di kalangan penulis senior maupun pemula, penulis kelas kecebong, sampai kelas kodok, ya pokoknya hampir disudut bacaan pasti ada judul buku menggunakan kata "senja". 

Sepopuler apakah sebenarnya sesuatu di balik senja ini? Bukankah malam juga indah, sama indahnya seperti sore. Bukankah siang juga indah, sama indahnya seperti pagi. Dan bukankah semua waktu itu indah? Tapi sepertinya anak indie punya imajinasinya sendiri.

Sama seperti kata hujan yang belakangan sangat populer dan menjadi bacaan massal kaum remaja, terutama bagi para pencinta kerinduan, cinta tak sampai, kegalauan, kepedihan, luka, derita, dan semua jenis duka yang penuh kemalangan. 

Berbeda dengan kata sore, setiap hurufnya jelas terlihat berbeda jauh dari kata hujan, akan tetapi pembaca senja umumnya menerjemahkannya sebagai sesuatu yang indah sekaligus menyakitkan. Ada apa lagi dengan kata senja atau sore?

Pembaca cerita senja atau sore bisa disebut sebagai korban perangkap strategi sigmentasi, sekalipun penulisnya tidak melihat itu sebagai sebuah sigmentasi pasar, namun para penerbit pasti memiliki target penjualan dan pilihan produk yang sudah ditentukan. 

Mungkin saja pasar penikmat senja atau sore bukan diciptakan dari sebuah cerita berbentuk novel atau cerpen. Sama sekali bukan dari bentuk produknya. Bisa jadi penikmat cerita senja atau sore diciptakan dari persepsi massal pembacanya di dalam atau di luar komunitas mereka. 

Seperti rasa penasarannya akan arti di balik senja atau sore karena tidak terbiasa mendengarnya. Atau bisa jadi karena kata "senja" ini menurut mereka terdengar lebih indah dan menyentuh saat diimajinasikan mengingat kata ini jarang digunakan untuk perbincangan sehari-hari. 

Bahkan mungkin saja kepala mereka telah ditanami imajinasi "senja" berikut arti di balik kata itu menurut sudut pandang personal yang telah dihadirkan oleh guru-guru kita, dosen-dosen kita, para pemateri, atau bahkan penulisnya sendiri. Sehingga kata "senja" seolah-olah begitu menarik untuk dibahas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun