Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Latto-Latto Mainan Lawas yang Hindarkan Anak dari Gadget

8 Januari 2023   12:50 Diperbarui: 8 Januari 2023   12:58 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak tengah memainkan permainan latto-latto/Foto: Kilas Klaten

(08/01/2023)- Bunyi khas dua bola yang menjuntai terdengar dari pagi sampai malam dihampir setiap sudut kota, kampung sampai pemukiman padat penduduk. Bunyi khas tok- tok yang mengalun terdengar dan membuat riuh setiap waktu.

Mainan yang berasal dari negeri Paman Sam ini sebetulnya merupakan mainan lawas yang mulai diperkenalkan kepada anak-anak Indonesia sejak dekade 1960-an selain mempunyai bunyi yang unik dan khas ketika dimainkan secara tidak langsung juga melatih skill keterampilan karena melatih kesabaran dan konsisten memainkan permainan tersebut.

Latto-latto sendiri sampai dekade awal 2000-an masih digemari khususnya oleh para anak dan remaja yang kala itu belum terbiasa atau disuguhkan dengan gadget atau telepon pintar yang jauh berbeda dengan keadaan pada saat ini.

Akibat adanya permainan ini omset terhadap penjualan mainan anak kembali menanjak dan menambah pundi-pundi rupiah bagi para penjual mainan. Tidak ada salahnya untuk bermain permainan yang disebut juga sebagai nok-nok  atau etek- etek itu.

Manfaat lainnya yaitu mengembalikan fitrah anak-anak yang seharusnya bermain di luar sedari awal untuk melatih interaksi sosial dan pertemanan sebayanya beberapa tahun terakhir dibatasi oleh banyaknya platform media sosial dan aplikasi video pendek serta game online yang membuat anak enggan bermain diluar dan fokus pada gadgetnya masing-masing.

Tentunya dengan kehadiran kembali mainan lawas di masyarakat secara tidak sadar masyarakat mulai kembali pada pemberian permainan bagi anaknya seperti mainan ketika para orang tua tersebut masih kecil dimana belum maraknya penggunaan gadget seperti sekarang.

Meksipun permainan latto-latto mengasyikkan dan mengurangi aktivitas bermain gadget di rumah ada baiknya bermain segala sesuatu termasuk permainan lawas yang kembali viral juga dibatasi agar tidak dilakukan secara berlebihan dan menganggu lingkungan sekitar.

Permainan yang tengah kembali viral ini banyak dijual oleh pedagang mainan dengan harga yang relatif murah mulai dari Rp 5.000- Rp 15.000 perbuah nya dengan mainan ini tentunya kita sebagai orang tua tidak terlalu khawatir dengan adanya permainan ini karena selain melatih anak untuk bermain diluar ruangan juga mengurangi biaya pengeluaran akibat pembelian kuota internet yang biasanya cenderung membengkak karena diaminkan oleh anak.

Mulanya permainan yang pertama kali hadir di Amerika Serikat, ini terbuat dari kaca dan sempat membuat permainan ini dilarang karena pernah terjadi kasus pemainnya meninggal dunia. Hal ini terjadi ketika permainan digandrungi tahun 1970-an. Seperti dikutip dari Bisniscom (02/01/2023).

Permainan ini juga digadang-gadang mirip dengan permainan yang biasanya dilakukan oleh para koboi yakni permainan bolas atau boleadoras meskipun sebetulnya merupakan senjata bukan permainan. Sama seperti di Amerika Serikat permainan ini dilarang karena memakan korban jiwa.

Sementara di Indonesia sendiri permainan ini justru terbuat dari plastik dan tidak membahayakan para pemainnya. Kini seiring dengan perkembangan zaman justru latto-latto juga dapat dijumpai dalam versi digital namun tentunya permainan latto-latto secara langsung alias Jon digital tetap jauh lebih banyak digemari selain menambah daya konsentrasi dan mengurangi penggunaan gadget juga membuat anak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Tentunya dengan kehadiran kembali latto-latto permainan tradisional atau permainan jadul juga diharapkan dapat digemari kembali oleh para generasi muda khususnya bagi mereka para generasi Alfa atau anak-anak yang lahir setelah tahun 2010 ke bawah yang jauh lebih akrab dengan gadget ketimbang permainan tradisional dan lawas.

Perkembangan teknologi memang membuat anak muda menjadi enggan bermain diluar. Meskipun demikian permainan jadul juga tidak ada salahnya jika kembali dimainkan dan dikenalkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.

Kembalinya latto-latto akibat viral  media sosial membuat permainan lawas atau jadul yang sempat hilang beberapa belas tahun kebelakang lambat-laun akan kembali digemari jika dikenalkan kembali terhadap anak-anak dan tentunya memang di usia-usia anak-anak sampai remaja memang merupakan waktu yang pas dan tepat sebagai waktu bermain agar anak di kemudian jika sudah memasuki usia dewasa bisa dengan mudah mandiri dan tidak bergantung pada orang lain karena sedari kecil sudah terbiasa bersosialisasi seperti dengan cara bermain latto-latto permainan yang tengah kembali viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun