Pengalaman Touring Bersama Teman
Di sore hari aku duduk di teras rumah memandangi langit yang begitu indah dan begitu mengejutkannya ayahku mendatangiku yang sedang menikmati kopi.
Beberapa saat ayahku menceritakan pekerjaannya yang baru ia lalui sampai pada akhirnya ayah mengajakku untuk pergi touring ke Pangandaran dan ayah memintaku untuk mengajak teman-temanku untuk ikut touring agar perjalanan lebih seru dan menyenangkan. Aku pun menentukan jadwal untuk pergi ke tempat tersebut.
“Besok ade tentuin jadwalnya sama temen-temen, ayah ngikutin jadwal ade bisanya kapan” , ucap ayahku
“Ok besok ade nemuin temen-temen ade dulu”, ucapku
Keesokan hari aku pun bertemu teman-teman untuk membicarakan acar touring tersebut dan membicarakan apa saja yang harus dipersiapkan. Aku bertemu temanku yang bernama Dafa, Fikri, Yadi, dan juga Badri. Setelah berbincang beberapa saat mereka pun menyetujuinya dan mereka merasa senang karena kuda besi mereka akan pergi bermain ke tempat yang lebih jauh. Aku dan temanku menentukan jadwal yaitu hari sabtu agar situasi di jalan tidak terlalu sepi. Akupun menyuruh teman-temanku agar mempersiapkan motornya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan disepanjang jalan.
Akupun segera pergi pulang ke rumah untuk bertemu ayahku dan memberitahu jadwal pergi yang telah aku dan temanku tentukan. Ayahku pun menyetujuinya dan memberitahu ibuku untuk menyiapkan makanan yang akan kita konsumsi disana. Akupun memperbaiki motorku yang akan dipakai untuk pergi ke Pangandaran akan tetapi ayahku tidak membawa motor karena ia membawa keluargaku yang ada dirumah yang pada akhirnya ayahku memutuskan untuk menaiki mobil.
Hari minggu pun telah tiba aku dan temanku telah berkumpul dirumahku untuk pergi bersama-sama meniaki motor. Akupun memastikan agar temanku membawa jas hujan karena tidak dapat dipungkiri hujan akan tiba-tiba terjadi dan berjaga-jaga agar tidak membuang-buang waktu untuk menunggu hujan reda. Lalu aku berbincang sedikit kepada ayahku untuk tempat dimana kita akan beristirahat dan mengisi bensin. Ibuku memberitahu bahwa isitirahat dan makan akan dimana saja dan kami semua bersiap akan memulai perjalanan.
“Uang untuk beli bensin pada punya?”, ucap ayahku kepada temanku
“Uang bensinku habis”, ucap Fikri dan Yadi
“Uangku masih ada”, ucap Badri dan Dafa
Dan ayahku memberikan aku dan teman-temanku sejumlah uang untuk mengisi ulang bensin dan teman-temanku merasa sangat senang kareana telah diberi uang untuk membeli bensin.
Perjalanan pun dimulai. Dengan cuaca cerah sedikit gelap aku pun membawa motorku sedikit lebih cepat dan meninggalkan teman-temanku yang tertinggal dibelakangku. Angin berhembus sejuk dan setiap perjalan melihat banyak pohon-pohon yang rindang dan membuat ku rindu akan wilayah Bandung.
Aku dan teman-temanku berkumpul kembali di tempat peristirahatan bersama ayahku. Lalu kami memakan makanan yang sudah disiapkan oleh ibuku dan masing-masing motor mengisi bensin layaknya kuda yang kehausan.
Kami pun melanjutkan perjalanan kami dan sampailah di Pangandaran. Kami melihat pohon kelapa yang sangat beraturan beserta suara ombak pantai Pangandaran yang membuat hati senang dan gembira. Dan tiba-tiba hal yang tidak diingankan terjadi.
“Bad keknya ban nya bocor bukan kurang angin”, ucapku
“Iyasih keknya bocor soalnya tadi dijalan agak oleng”, ucap Badri
“Yaudah cek aja dulu ke tukang tambal ban”, ucap Dafa
Ternyata benar ban temanku yang bernama Badri bocor karena ban ia tertusuk paku. kami pun langsung mencari tempat tambal ban terdekat dan masalah itu pun selesai dengan mengeluarkan sedikit biaya.
Ayahku pun mencari penginapan untuk kami tinggal sejenak dan kami pun berisitirahat disana lalu tertidur karena langit sudah malam. Aku melihat ibuku memasak makanan layaknya menganggap teman-temanku sebagai anaknya. Dalam keadaan lelah, lapar dan juga sedikit mengantuk, kami pun menikmati masakan yang dimasak oleh ibuku lalu tertidur kembali .
Pagi telah tiba, aku bersama teman-temanku berlarian menuju pantai karena tidak sabar ingin melihat indahnya terbit matahari. Kami pun bersenang-senang di pantai dan ibuku yang sangat sibuk berbelanja.
Hari telah siang, matahari menyinari tubuh kami sangat amat panas, kami pun memutuskan untuk pergi ke Pasir Putih menaiki perahu yang menyewakan jasanya untuk pergi ke tempat tersebut. Aku yang takut menaiki perahu dan takut akan kedalaman lautan mulai berpikir “ Apa didalam lautan ini ada hiu apa paus yaa?” selama perjalanan ke Pasir Putih aku memikirkan hal itu yang selalu menghantui pikiranku.
Sampailah kami di Pasir Putih, sangat banyak orang utan yang turun dari pohon-pohon disana dan menghampiri pengunjung. Teman-temanku banyak bercanda karena hal itu, mereka saling mengejek satu sama lain bahwa mereka mirip dengan orang utan tersebut.
Hari menjelang sore, kami merasa cukup untuk waktu bersenang-senangnya dan memutuskan untuk kembali ketempat penginapan kami. Lagi-lagi aku dihantui oleh pikiranku sendiri saat perjalanan pulang menaiki perahu yang telah kami sewakan. Lalu kami berlarian di pantai menuju penginapan karena perut yang sudah mulai lapar dan rasa penasaran kami apa yang telah ibu masak untuk hari ini.
Hari menjelang malam, kami pun bersiap-siap untuk pergi bermain dan mencari permainan odong-odong yang ingin kami naiki. Kami pun menyewa odong-odong yang telah disediakan disana, lalu kami menyusuri sisi pantai Pangandaran menggunakan odong-odong tersebut. Canda dan tawa kami luapkan saat itu juga yang membuat pikiran senang dan tidak memikirkan hal-hal yang membuat pusing kepala.
Tengah malam pun telah tiba, Kami sudah sampai dipenginapan dan mengemas barang-barang kami untuk dibawa pulang. Setelah berkemas kami pun tertidur untuk memulihkan kembali tenaga yang akan dipakai esok hari yang akan dilanjutkan dengan perjalan pulang ke rumah dan kembali ke Bandung yang kami rindui setiap kami mengingatnya.
Kami pun terbangun di pagi hari dan ada ibuku yang telah menyiapkan makanan untuk kami sarapan beserta ayahku yang sedang memasukan barang-barang kedalam mobil. Aku dan teman-temanku pun memeriksa motor masing-masing untuk memastikan dijalanan yang akan kami tempuh aman.
“Daf, nanti kalo misalkan ada bengkel mampir dulu, cek dulu motor kamu soalnya asap yang keluar dari kanlpot kamu ga normal, takutnya oli kering”, ucapku
“Okey aku sekalian aja ganti olinya”, ucap Dafa
Perjalanan pulangpun dimulai. Kami pulang melewati jalan menyusuri pinggir pantai. Aku melihat ombak pantai yang bertabrakan dengan batu karang yang ada di sisi pantai dan tak lupa aku menikmati angin sejuk yang diberikan oleh pohon-pohon pinggir pantai. Kami pun akhirnya keluar dari wilayah Pangandaran dan kami tidak puas serta ingin kembali bermain ke Pantai Pangandaran.
Setelah keluar dari wilayah Pangandaran, kami pun memasuki kota Tasikmalaya. Disana kami berbelanja agar kami pulang kerumah membawa buah tangan. Setelah beberapa saat kami berbelanja kami pun melanjutkan perjalanan pulang.
Setengah perjalanan yang kami lalui, tiba-tiba hal yang tidak diingankan terjadi ke yang dua kalinya. Motor temanku yang bernama Dafa mengalami kerusakan dibagian mesin.
“Daf, benerkan kata aku juga, feeling aku ini motor dibawa bakalan mogok”, ucapku
“Iya Dik aku gatau motor ini bakalan ga kuat soalnya bulan kemarin baru aja ganti oli”, ucap Dafa
“Coba cek di bengkel yang ada aja dulu, soalnya perjalanan tadi aku ga nemu sama sekali bengkel motor”, ucap Yadi
“Okey”, ucap Dafa
Kami yang mengendarai motorpun bingung karena tidak mungkin untuk kami menunggu motor Dafa untuk diperbaiki karena membutuhkan waktu yang sangat lama. Akhirnya aku pun menelfon ayahku untuk mencari solusi agar masalah ini selesai. Ayahku berkata agar motor Dafa di dorong sementara oleh kami sampai rumah saudaraku yang ada di Tasik. Karena tidak ada pilihan lain, kami pun melakukan hal itu. Kami pun bergantian untuk membantu mendorong motor Dafa tersebut sampai rumah saudaraku dalam keadaan hujan sangat lebat. Kami beruntung sudah membawa jas hujan masing-masing jadi tidak membuat kami membuang-buang waktu untuk menunggu hujan reda.
Setelah sampai dirumah saudaraku, kami pun meminta tolong untuk membantu membawakan motor teman ku yang kebetulan saudaraku ini memiliki mobil pengangkut barang. Akhirnya saudaraku pun menyetujuinya dan akan mengantarkan motor Dafa ke Bandung menggunakan mobil miliknya.
Pada akhirnya Dafa pun tidak membawa motor saat perjalanan pulang, ia ikut menumpang ke motor temanku yang bernama Fikri. Lalu kamipun beristirahat terlebih dahulu dirumah saudaraku dan memakan makanan yang saudaraku sediakan. Kami pun bertukar cerita apa yang telah terjadi diperjalanan pulanng tadi dengan tertawa-tawa.
Kami pun melanjutkan perjalanan pulang kami saat langit mulai terbenam. Candaan disetiap perjalanan selalu kami luapkan agar perjalanan lebih seru dan mengesankan. Lalu kami pun beristirahat di tempat pengisian bahan bakar untuk terakhir kalinya sebelum sampai ke rumah kami masing-masing. Dan kami pun tidak melewatkan ibadah yang selalu kami lakukan pada saat tiba waktunya.
Perjalananpun selesai, kami telah kembali ke Bandung dan telah kembali ke rumah kami masing-masing. Kami tidak puas dan ingin kembali untuk pergi bermain ke pantai. Itu menjadi pengalaman yang sangat berkesan dan tidak akan pernah terlupakan. Dari pengalaman ini aku belajar bahwa setiap orang pasti membutuhkan orang lain dan pentingnya kita untuk saling menolong satu sama lain. Dan dari kejadian ini juga aku berfikir bahwa tidak selamanya rasa kekluargaan datang dari saudara kandung sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI