Namun keajaiban belum berakhir. Lila, yang beberapa minggu sebelumnya terjatuh dan mengalami luka parah di kaki, kini sembuh total tanpa bekas.
"Abi, lihat! Aku bisa berlari lagi!" katanya sambil tertawa di halaman yang kini gersang.
Harun tersenyum haru. "Itu hadiah terakhir dari pohon kita, Nak."
8. Warisan Pengetahuan
Beberapa bulan kemudian, keluarga Harun menjalani hari-hari biasa lagi. Rudi menyimpan semua catatan penelitian dalam satu berkas rahasia. Ia menulis di halaman terakhir:
"Senyawa Libilin-X mungkin tidak bisa diproduksi ulang. Namun penemuan ini mengajarkan kita bahwa alam menyimpan rahasia luar biasa yang belum seluruhnya terungkap. Barangkali keajaiban sesungguhnya bukan pada daunnya, melainkan pada kasih sayang yang membuat kita mempercayainya."
Di halaman belakang, Lila menanam biji belimbing dari buah terakhir yang masih tersisa.
"Abi, kalau aku rawat pohon ini baik-baik, apa bisa tumbuh lagi yang ajaib?"
Harun mengelus kepala cucunya. "Keajaiban tidak selalu sama bentuknya, Nak. Tapi kalau kamu menanam dengan cinta, mungkin ia akan memberi keajaiban lain."
Musim berganti. Biji itu tumbuh menjadi tunas kecil. Tidak bercahaya, tidak ajaib --- tapi hijau dan segar. Tunas itu menjadi lambang harapan baru keluarga Harun bahwa setiap kebaikan, sekecil apa pun, akan tumbuh jika dijaga dengan cinta dan niat tulus.
9. Lima Tahun Kemudian
Waktu berlalu cepat. Lila kini sudah remaja dan duduk di bangku SMP. Ia tumbuh menjadi gadis cerdas dan gemar meneliti tanaman. Pohon belimbing baru di halaman belakang sudah besar, tapi belum pernah menunjukkan tanda-tanda ajaib seperti pohon sebelumnya.
Suatu hari, ia menemukan seekor burung kecil yang terluka di kebun. Ia merawatnya di bawah naungan pohon belimbing itu. Ajaibnya, hanya dalam dua hari burung itu sembuh dan bisa terbang lagi.
Lila tersenyum kecil. "Ternyata, keajaiban tidak hilang. Ia hanya menunggu orang yang percaya."
Ia pun mulai menulis jurnal kecil tentang daun belimbing, meniru apa yang pernah dilakukan ayahnya. Rudi bangga sekaligus terharu melihat semangat putrinya.
"Barangkali, generasi berikutnya yang akan menemukan rahasia sesungguhnya dari daun belimbing," katanya kepada Dinda.
Dinda mengangguk. "Atau mungkin, rahasianya memang untuk kita jaga, bukan untuk dikuasai."