Mohon tunggu...
Muhajirin
Muhajirin Mohon Tunggu... Guru - Asah pikir dengan menulis

Belajar menulis dengan baik adalah bagian penting untuk mengawetkan pengetahuan. Kadang ilmu bisa karatan dalam pikir yang terpendam. Berdiskusi dan menulis merupakan sebagian cara untuk mengasah Ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Kepemimpinan dan Peluang AHY Memperbaiki Partai, Bisa?

9 April 2021   23:30 Diperbarui: 14 April 2021   14:30 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Krisis Kepemimpinan dan Peluang AHY Memperbaiki Partai, Bisa?

Sudah banyak tulisan tentang Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat (PD) baik yang pro maupun yang kontra. Bagi saya, fakta elektabilitas PD yang sudah hancur sejak sejumlah kader tersangkut korupsi tidak mudah diperbaiki kembali.

 Prestasi  spektakuler PD pada Pemilu Legislative (Pileg) Tahun 2009 tidak bisa diteruskan pada  Pileg 2014. Perbandingannya, perolehan suara 7,5 persen atau peringkat kelima pada Pileg 2004, di mana PD merupakan partai debutan, kemudian naik pada Pileg 2009 menjadi 20,85 persen atau berada pada posisi puncak. Sedangkan, pada Pileg 2014  PD hanya mampu meraih  19  persen suara atau turun pada posisi ke empat.

Fluktuasi elektabilitas dan perolehan suara PD sangat dipengaruhi oleh figure Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Hal itu terbukti sejak awal kemunculannya, meski hanya memperoleh posisi ke lima pada Pileg 2004, tetapi PD mampu mengantarkan SBY menjadi presiden keenam Republik Indonesia berpasangan dengan wakil presiden Yusuf Kalla yang dilantik pada tanggal 20 Oktober 2004. Kemudian semakin mantap pada Pilpres 2009. Di periode kedua ini, SBY berpasangan dengan, Wakil Presiden Budiono yang dilantik pada Tanggal, 20 Oktober 2009.

Penurunan Prestasi di 2014 itu tidak sampai terlalu parah, karena masih mampu berada pada posisi empat besar, bahkan masih mampu berada diatas raihan pada awal debutannya di tahun 2004 yang hanya berada pada posisi kelima.

Upaya penyelamatan melalui SBY lah sehingga kejatuhan itu masih sedikit lebih aman. Setelah Komisi Pemberantasan (KPK) menetapkan Anas Urbaningrum (ketua PD terpilih dalam Kongres kedua PD, 23 Mei 2010) sebagai tersangka koruspi, maka Demokrat Memilih kembali SBY untuk menjadi ketua. Tujuannya, memanfaatkan pengaruh SBY untuk mengembalikan elektabilitas PD yang semakin merosot. Dan ternyata, upaya itu masih efektif untuk menyelamatkan kejatuhan Demokrat.

Meski diterpa kejatuhan, ternyata  PD dan SBY khususnya masih sedikit tersisa memori superioritas di masa kejayaan yang pernah diraih sebelumnya, untuk bertarung di Pemilu selanjutnya, yakni Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 2017 dan Pilpres 2019. Ekspektasi itu, hanya mampu mengantarkan Agus Harimurti Yudoyono (AHY) sebagai calon Gubernur DKI yang dipasangkan dengan Sylviana Murni dalam Pilkada tahun 2017 dan kalah. Sedangkan untuk mengantarkan AHY menjadi calon Wakil presiden justru tidak sempat tercapai.

Sebagai orang awam, saya bertanya tanya kenapa harus mengorbankan karir AHY di dunia militer? Tentu saja, pertanyaan itu tidak menarik saat evoria dua periode yang gemilang.

Namun, kadang politik juga harus berpikir realistis, karena sesungguhnya masa kejayaan sudah berlalu.  SBY harus segera Move On, agar AHY yang masih "hijau" di dunia politik tidak terlampau tinggi berekspektasi.

Dalam kondisi yang serba miris, AHY masih diserahi tugas yang cukup berat, yaitu memimpin partai politik yg sudah terseok-seok itu. Jika dilihat dari upaya penyelamatan partai, maka memilih AHY bukanlah langkah yang tepat, karena hubungan darah semata terbukti tidak mempan menaikkan elektabilitas PD.

Lantas apakah PD akan keluar dari krisis bila dipimpin oleh kader lain yang lebih berpengalaman? Belum tentu, sebab siapa saja paham PD hanya bisa diselamatkan oleh SBY sendiri. Sedangkan SBY sudah ujur, dan elektabilitasnya sudah tenggelam ditelan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun