Mohon tunggu...
Agus Arwani
Agus Arwani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Membaca adalah petualangan tanpa batas yang dijalani dalam diam, menulis adalah ekspresi jiwa yang tercurah dalam kata. Keduanya membentang jembatan antara imajinasi dan realitas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kebijakan Moneter Islam Ramadhan: Krisis dan Peluang

26 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 26 Maret 2024   05:07 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://money.kompas.com/

Kebijakan Moneter Islam di Ramadhan: Krisis dan Peluang

Pendahuluan

Ketika bulan Ramadhan tiba, berbagai aspek kehidupan umat Muslim di seluruh dunia mengalami perubahan signifikan. Dari sudut pandang ekonomi, bulan ini bukan hanya sebuah periode ibadah dan refleksi spiritual, tetapi juga membawa dinamika ekonomi yang unik. Fenomena ini secara khusus berdampak pada kebijakan moneter di negara-negara mayoritas Muslim, memerlukan pendekatan yang disesuaikan dengan nilai-nilai Islam dan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Dalam konteks inilah kita melihat peran dan tantangan dari kebijakan moneter Islam di bulan Ramadhan, yang menawarkan peluang untuk mengembangkan strategi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Bulan suci Ramadhan, dengan karakteristiknya yang unik, mengundang sebuah introspeksi mendalam tentang bagaimana ekonomi dan keuangan syariah dapat menavigasi dan memanfaatkan kondisi ini. Kebijakan moneter, dalam konteks syariah, tidak hanya menghadapi tantangan untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar mata uang, tetapi juga memiliki peluang untuk merangsang pertumbuhan ekonomi melalui instrumen-instrumen keuangan Islam. Pertumbuhan ekonomi ini tidak hanya diukur dari perspektif keuntungan finansial, tetapi juga dalam peningkatan kesejahteraan sosial dan distribusi kekayaan yang lebih adil.

Membahas kebijakan moneter Islam selama Ramadhan juga membuka wawasan tentang bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan ekonomi modern. Penekanan pada aspek keadilan sosial, etika, dan distribusi yang adil menempatkan kebijakan moneter Islam dalam posisi strategis untuk mengatasi isu-isu ekonomi kontemporer. Dengan pendekatan yang holistik dan inklusif, Ramadhan menjadi tidak hanya waktu refleksi spiritual, tetapi juga sebuah kesempatan untuk memperbarui komitmen terhadap sistem keuangan yang lebih beretika dan bertanggung jawab.

Krisis: Inflasi dan Instabilitas Pasar

Krisis ekonomi yang ditandai dengan inflasi dan instabilitas pasar merupakan dua fenomena yang sering kali saling terkait dan membawa dampak mendalam pada ekonomi global serta lokal. Inflasi, yang didefinisikan sebagai peningkatan berkelanjutan dalam harga barang dan jasa, secara langsung berpengaruh pada daya beli masyarakat. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kebijakan moneter yang ekspansif, peningkatan biaya produksi, hingga dampak eksternal seperti krisis ekonomi global atau lonjakan harga komoditas internasional. Inflasi yang tinggi menggerogoti nilai uang, menurunkan standar hidup, dan menciptakan ketidakpastian di kalangan konsumen dan investor.

Di sisi lain, instabilitas pasar sering kali ditandai dengan fluktuasi tajam dalam harga saham, nilai tukar mata uang, dan aset lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi instabilitas ini dapat berupa ketidakpastian politik, ketegangan geopolitik, perubahan kebijakan ekonomi, atau bahkan perilaku spekulatif di pasar keuangan. Instabilitas pasar menciptakan lingkungan yang tidak menentu, menghambat investasi, dan mengancam keberlangsungan usaha, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah yang memiliki akses terbatas terhadap sumber daya keuangan untuk bertahan dalam kondisi pasar yang volatil.

Kedua kondisi ini, ketika terjadi secara bersamaan, dapat menciptakan lingkaran setan yang sulit dipecahkan. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengendalikannya, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi pasar dengan membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal dan mengurangi likuiditas. Di sisi lain, upaya untuk menstabilkan pasar dengan injeksi likuiditas atau kebijakan moneter yang longgar bisa memicu inflasi. Keseimbangan antara mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas pasar merupakan tantangan besar bagi pembuat kebijakan.

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan strategi holistik yang melibatkan baik kebijakan moneter maupun fiskal. Dari sisi kebijakan moneter, bank sentral perlu cermat dalam menyesuaikan suku bunga dan menggunakan alat kontrol moneter lainnya untuk menjaga inflasi dalam batas yang wajar tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, kebijakan fiskal harus berfokus pada pengurangan defisit anggaran dan manajemen utang yang efektif, sekaligus memastikan bahwa pengeluaran pemerintah diarahkan untuk mendukung pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Selain itu, penting juga untuk memperkuat regulasi pasar keuangan untuk mencegah perilaku spekulatif yang berlebihan dan memastikan transparansi serta keadilan dalam transaksi pasar. Pendekatan ini membutuhkan koordinasi dan komunikasi yang kuat antara bank sentral, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam ekonomi untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat efektif mengatasi kedua masalah ini secara bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun