"Kalau cuma bicara efek kesehatan dari berpuasa, itu kecil ... wallahi, kecil, beneran," ucap Dokter Zaidul Akbar dalam video YouTube berjudul Reset Tubuh Saat Puasa di channel dr. Zaidul Akbar Official. Dalam video itu, beliau menjelaskan bagaimana puasa bisa berpengaruh bagi kesehatan jiwa seseorang.
Hikmah Ramadhan
Dalam satu keluarga yang mengidap penyakit yang sama semisal diabetes atau kanker, terdapat kesamaan emosi di antara mereka, penyakitnya timbul bukan karena mereka makan tepung semata. Dokter Zaidul menceritakan kebiasaan ayahandanya memakan roti dan teh manis dalam takaran yang boleh dikata berlebihan namun sampai ajalnya, beliau tidak mengidap diabetes. Ini menunjukkan bahwa asupan makanan tidak mutlak menjadikannya sebab penyakit. Ada hal lain yang menjadi penyebabnya, yaitu EMOSI.
Sejumlah hadis menyebutkan tentang keutamaan shalat, sedekah, dan puasa.
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: 'Shalat lima waktu dan Jumat menuju Jumat berikutnya itu menggugurkan dosa-dosa yang ada di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar. Dan Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya itu menggugurkan dosa-dosa yang ada di antara keduanya selama dijauhi dosa besar.'" (HR. Muslim)
"Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadan." (HR. Tirmidzi).
Dari hadis-hadis ini jelaslah betapa utamanya sedekah dan shalat di bulan Ramadan. Bicara tentang dosa, juga terkait godaan setan. Dalam pengamatan Dokter Zaidul, kebanyakan orang yang dinyatakan sakit sesungguhnya bukan fisiknya yang sakit, melainkan jiwanya hanya saja mereka tidak menyadarinya. Para ulama berkata bahwa supaya setan tidak leluasa beredar dalam tubuh manusia di dalam aliran darah maka sempitkan jalannya dengan cara berpuasa.
Selama bulan Ramadan, feeding time kita sempit, total hanya sekitar 1 jam. Selebihnya dipakai untuk shalat, baca Qur'an, dan tidur. Dikarenakan tidak makan, kita mengeluarkan kata-kata yang baik supaya jiwa, hati, iman menjadi kokoh dengan cari mengonsumsi makanan ruh, memberikan makanan emosi dari Qur'an. Dalam setiap huruf ada keberkahan sehingga apa yang terjadi? Sombong, jumawa, benci, dendam hilang, dan seterusnya. Satu per sata dengan Al-Qur'an hal-hal negatif itu dikikis. Begitu pentingnya menjalani hari di bulan puasa, Dokter Zaidul menganggapnya sebagai "bulan keluarga", mengurangi aktivitas luar rumah di bulan puasa. Seharusnya kita membuat diri lelah karena Allah, bukan menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi.
Dokter Zaidul mencontohkan Umar r.a dari waktu isya sampai subuh tidak putus wudhu-nya, benar-benar menghidupkan malamnya dengan ibadah. Secara ruhiyah, puasa dapat menyembuhkan penyakit hati, shalat obat bagi jiwa yang sakit. "Sadarkah kita saat sedang shalat sedang berdialog dengan Allah? Bahagiakah ngobrol dengan Allah -- Dzat Pencipta alam semesta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang di dalam shalat?" kira-kira seperti itu ucapan Dokter Zaidul.
Orang yang menikmati shalat tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan salatnya. Ada kisah orang yang bangun dari sujud sampai 40 menit dan dia bangun dengan wajah bercahaya. Mengapa? Karena ingin berlama-lama ngobrol dengan Allah, sebagaimana jika kita ngobrol dengan orang yang dirindukan atau disenangi.