Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kisah Usaha Kain Tenun Sengkang Jalani "Reset" Pandemi

1 Januari 2022   20:24 Diperbarui: 1 Januari 2022   20:34 2694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang di-reset ketika pandemi melanda. Kita ada di zaman yang semuanya di-reset. Baik itu yang sudah punya usaha mapan maupun yang baru mau mulai berkarier. Namun semuanya berkesempatan sama menjadi pemenang karena keadaannya sama. Sama-sama di-reset di angka nol. Orang yang paling cepat belajar dari perubahan after covidlah yang berpeluang jadi pemenang.

Hal tersebut disampaikan oleh Harri Firmansyah, dalam rekaman Strategi UMKM Rise Above The Crowd di Saat Pandemi yang berlangsung tanggal 17 Agustus di channel YouTube Evapora[1]. Harri Firmansyah adalah seorang trainer yang juga CEO Butterfly Act Group, Komisaris Utama PT Transformasi Belajar Indonesia, dan Komisaris Utama PT Jejaring Belajar Indonesia.

 

Usaha Kain Tenun Sengkang yang Mengalami Reset

 

Harri menyebutkan dirinya mengutip istilah reset ini dari Dr. Indrawan Nugroho dan juga PM Kanada -  Justin Trudeau. Trudeau pernah mengatakan:

 The pandemic has provided an opportunity for a reset. This is our chance to accelerate our pre-pandemic efforts to reimagine economic systems that actually address global challenges, like extreme poverty, inequality, and climate change.[2]

Menurut Harri lagi, "pemenang sejati" adalah orang yang belajar banyak sekali sebelum covid lalu dia mau berendah hati mau mengosongkan egonya, mau menetralkan dirinya belajar dengan rendah hati dari siapa pun, di mana pun.

Saya teringat kisah Ida Sulawati  -- pengusaha kain tenun dengan jenama Aminah Akil Silk di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Saya memanggilnya dengan sapaan Kak Ida. Biasanya usai lebaran banyak pesta pernikahan dan orang-orang sudah memesan kain padanya 2 -- 3 bulan sebelumnya.

Sayangnya, ketika awal pandemi melanda pada kuartal pertama tahun 2021 lalu, banyak customer membatalkan pesanannya padahal kain sudah di-order kepada para penenun dan yang jadi harus segera dibayar.

Beberapa koleksi Aminah Akil Silk (Dokumen Aminah Akil Silk)
Beberapa koleksi Aminah Akil Silk (Dokumen Aminah Akil Silk)
Seperti yang kita ketahui, kebanyakan orang memang memangkas pengeluaran produk yang bukan termasuk bahan kebutuhan pokok selama pandemi sementara produk Aminah Akil Silk adalah kain untuk busana pesta ataupun acara resmi.

Sejak Indonesia dinyatakan memasuki masa pandemi dan penjualan kain tenun mengalami masa krisis, Aminah Akil Silk menjalankan defense mode dengan cara tidak menambah produk. Biaya hidup tertutupi dari hasil sawah yang mereka miliki dan tabungan yang ada.

Tidak adanya orderan yang masuk harus disikapi dengan baik, terlebih ketika para penenun yang menjadi klien kesulitan keuangan dan mencari pinjaman, bahkan menjual kain hasil tenun mereka yang tersisa dengan harga jauh di bawah standard.

 

Bertahan di Awal Masa Pandemi

Saat Aminah Akil Silk tidak menerima satu pun order, para penenun kain tenun Sengkang Sulawesi Selatan pun kesulitan memenuhi biaya hidup sehari-hari. Yang biasanya berbagai biaya tertutupi dari aktivitas menenun, kali ini tidak ada namun Aminah Akil Silk tidak menutup toko sama sekali, tidak menambah produk kecuali dalam jumlah kecil saja, bertujuan untuk membantu penenun yang benar-benar kesulitan.

 

Saya jadi ingat apa yang dikatakan Dr. Indrawan dalam podcast Deddy Corbuzier[3]:

Yang paling penting untuk kita bantu dan educate adalah kelas menengah karena kelas menengah ini kalau kita educate dengan baik -- kalau dia terima gaji, dia akan mengelola keuangannya dengan baik sehingga dia akan kokoh ekonominya. Kalau dia pengusaha, dia bisa muterin duitnya untuk kepentingan pengembangan usaha. 

Yang kelas bawah ini nih sebenarnya bergantung kepada kelas menengah. Kalau kelas menengahnya kuat, bisa kuat membangun bisnis baru, kan membuka lapangan pekerjaan. 

Jadinya ngebuka yang bawah jadi ikut bergerak naik. Kelas menengah kita rentan, begitu kena covid, ancur. Yang kelas bawah sudah nggak ada harapan karena yang tengah ancur, yang bawah gimana mau ke atas, kan? 

Toko Aminah Akil Silk (Dokumen Aminah Akil Silk)
Toko Aminah Akil Silk (Dokumen Aminah Akil Silk)

(Dokumen Aminah Akil Silk)
(Dokumen Aminah Akil Silk)

Mempertahankan Idealisme 

 

Para penenun bergantung kepada para pengusaha kain tenun. Mereka menerima pesanan yang ditentukan jenis kain, corak/motifnya, warna, dan jumlahnya. Seorang koordinator menghubungkan mereka dengan pengusaha seperti Kak Ida.

Namun pandemi memukul telak semuanya. Tak ada pemasukan sama sekali, bagaimana bisa bertahan hidup? Maka banyak penenun rela menjual hasil tenunnya dengan harga sangat rendah. Yang semula berkisar Rp200.000 -- Rp300.000 dijual Rp100.000 saja. Beberapa pengusaha kain tenun bersedia membeli dengan harga yang sangat miring tersebut namun tidak dengan Kak Ida.

Kak Ida lebih memilih memberikan pinjaman dari uang tabungan yang dipunyai atau membeli 1 saja dari sekitar 10 sarung tenun yang ditawarkan dengan harga normal, bukannya memborong sarung-sarung tenun Bugis itu. Tak tega memanfaatkan momen tersebut karena dirinya tahu para penenun sudah sangat merugi.

Sekarang ini banyak sekali penenun yang gulung tikar. Banyak yang susah sekali bangkit karena (di awal) pandemi mereka menjual dengan harga di bawah standard. Yang penting bagaimana mereka bisa makan dan bisa menyambung hidup soalnya saat itu pasar dan toko banyak yang tutup.

Bantuan untuk para penenun dari sejumlah ibu (Dokumen Aminah Akil Silk)
Bantuan untuk para penenun dari sejumlah ibu (Dokumen Aminah Akil Silk)
Hal demikian dituturkan Kak Ida kepada saya melalui pesan Whatsapp ketika saya bertanya tentang usahanya selama pandemi ini. Saya menangkap pesan yang tersirat bahwa keputusannya untuk tak membeli produk para penenun dengan harga miring adalah keputusan yang tepat.

Meski tak bisa membantu semuanya karena kondisinya juga sedang kesulitan, dengan memilih penenun mana yang bisa dibantu, Kak Ida tidak membuat penenun yang sedang terpuruk menjadi semakin terperosok.

Ibarat tengah tiarap, Aminah Akil Silk belum menambah produksi namun promosi masih tetap jalan di media sosial. Walaupun demikian tak ada penjualan, tagihan piutang pun tak bisa diperoleh karena semua orang sedang dalam kesulitan.

Pada masa itu, Kak Ida masih menyempatkan diri untuk menceritakan kesulitan mitranya kepada beberapa orang. Upaya membuahkan hasil dengan datangnya bantuan sembako dari sejumlah orang yang masih memiliki kemampuan dan kepedulian. Para penenun mendapatkan bantuan untuk bertahan hidup selama beberapa waktu.

 

Ibarat Ikan yang Sudah Menggelepar di Dasar Sungai Dijatuhi Air Hujan

 

Kalau saya bilang sih di situ Allah uji kesabaran ta', Allah uji bagaimana tawakkaltu ta' kepada Allah. Bagaimana kita harus menutupi ... bagaimana harus membayar pengeluaran yang sebelumnya pengeluaran tersebut sebenarnya bisa tertutupi tetapi karena adanya cancel sana sini tidak bisa.

Ucapan Kak Ida menimbulkan berbagai rasa, membayangkan bagaimana perjuangan bisnis yang dinamai sesuai nama pendiri (generasi pertama) dan nama ibu mertuanya (generasi kedua) itu.

Aminah Akil Silk berdiri tahun 1950-an dan banyak mengalami pengembangan dan inovasi sejak Kak Ida mendampingi suaminya dalam menjalankan proses pembuatan kain tenun Sengkang pada tahun 1990-an.

Yang awalnya semua penenun berada satu atap dengan penjualan di mana bahkan urusan makan para penenun diurusi oleh usaha milik keluarga ini hingga hingga dipisah, para penenun berdiri sendiri  dan Aminah Akil Silk hanya memesan dan membeli dari koordinator para penenun kain tenun Sengkang.

Dari yang awalnya hanya mengolah kain berbahan sutera menjadi sarung saja dari peternakan ulat sutera dari daerah Enrekang dan Soppeng, kini juga mengolah kain sintetis dan menyediakan pilihan berwujud kain, syal, dan kemeja karena semakin berkurangnya peternakan ulat sutera.

Bawah: saya dan teman-teman mengenakan sarung tenun dari Aminah Akil Silk. Foto: Aminah Akil Silk
Bawah: saya dan teman-teman mengenakan sarung tenun dari Aminah Akil Silk. Foto: Aminah Akil Silk
Dahulu tak ada pesaing. Lama-kelamaan para pesaing bermunculan tapi Aminah Akil Silk telah menjadi kepercayaan banyak orang. Produknya diborong untuk acara-acara resmi pemerintahan. Kalau kalian tahu film Athirah yang bercerita tentang sosok ibunda Jusuf Kalla, nah sarung-sarung khas Sulawesi Selatan di dalam film itu berasal dari Aminah Akil Silk.

Saya dan sejumlah teman pernah mendapatkan hadiah kain tenun dari Kak Ida. Sewaktu pandemi, saya tak bisa membantu banyak, hanya menawarkan promosi di dunia maya. Waktu itu saya memenangkan sebuah lomba blog dan salah satu hadiahnya berupa website gratis untuk berjualan selama setahun. Saya menawarkan diri untuk ikut mempromosikan produk-produk Aminah Akil Silk di situ.

Sekian bulan bertahan di awal masa pandemi, setelah lebaran haji pada tahun 2020 mulai ada titik terang. Pelanggan lama memesan produk bernilai 20 jutaan rupiah.

"Masya Allah kayak ki' ikan yang sudah menggelepar di dasar sungai tiba-tiba datang hujan. Dari situ mulai kembali bangkit dan sekarang ini masih dalam proses. Ibaratnya baru pulih, baru kembali membangun bagaimana strategi penjualan ini karena sekarang belum normal jalannya pemasaran," ucapan Kak Ida melalui voice note Whatsapp membelajarkan saya tentang kegigihan, tawakal, dan kesyukuran.

 

Harapan

  

Ketika tengah melihat-lihat foto produk Aminah Akil Silk untuk bahan tulisan ini, adik saya yang kebetulan berada di samping saya langsung terpikat oleh foto kain tenun bermotif huruf lontarak berwarna biru. Dia langsung minta saya menanyakan harga kain tersebut. Beberapa foto dia minta dan saya kirimkan ke nomor Whatsapp-nya.

Adik lalu mengirimkan kepada kawan-kawannya. Beberapa kawannya langsung menanyakan berapa harga kain-kain tersebut padanya. Dia berpikir, Aminah Akil Silk mungkin bisa menjadi partner usaha kecil-kecilannya di kota tempatnya berdomisili.

Semoga jadi jalan kerja sama yang baik bagi keduanya sebab Kak Ida sudah biasa melayani pembeli dari dalam/luar Sulawesi hingga ke mancanegara. Jasa kurir seperti JNE terjangkau dari tempat tinggalnya dan bisa memenuhi pengiriman ke mana saja.

Kain tenun yang fotonya dilihat oleh adik saya (Dokumen Aminah Akil Silk)
Kain tenun yang fotonya dilihat oleh adik saya (Dokumen Aminah Akil Silk)
Sebagaimana yang kita ketahui, JNE sudah berpengalaman selama 30 tahun dalam melayani kebutuhan pelanggan melalui jasa pengiriman dalam dan luar negeri. Dengan moda transportasi darat, laut, dan udara, dalam 3 kategori besar ini: JNE Express,  JNE Logistic, dan JNE Freight, JNE mampu melayani berbagai pelanggannya dengan baik.

Sepertinya selaras dengan harapan Kak Ida untuk Aminah Akil Silk di tahun 2022, yaitu memperluas jaringan penjualan, mempromosikan kembali, sembari menelisik pasar karena strategi di tahun baru ini akan sangat dipengaruhi juga dengan banjirnya produk printing dari luar negeri. Mari doakan.


Catatan:

[1] https://www.youtube.com/watch?v=Vi0ZonEQITo.
[2] https://financialpost.com/opinion/terence-corcoran-the-great-reset-and-the-covid-pandemic.

[3] Menit ke 34:50 dalam https://www.youtube.com/watch?v=ogEJKI5huUM.

Foto-foto milik Aminah Akil Silk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun