Bagian mana dari keseluruhan struktur karangan yang menjadi perlu untuk dipersoalkan? Apakah seorang arsitektur perlu juga menjadi ahli sebagai tukang bangunan? Sama halnya apakah setiap pengarang perlu juga mahir menyusun kalimat?
Ketika Michael Angelo membuat patung yang demikian indah dengan menggunakan model manusia. Apakah tubuh modelnya tidak layak mendapat apresiasi dari hasil akhir patung yang ada? Kalau modelnya tidak menarik, bukankah replika patungnya juga tidak menarik?
Apabila seorang kaligrafis membuat sendiri kuasnya, tentu memberikan apresiasi tersendiri, namun apabila seorang kaligrafis tidak mampu melakukannya dan hanya dapat membuat tulisan yang indah, apakah kontribusinya dalam hasil kaligrafi tersebut menjadi kurang bernilai?
Ketika seorang petinju menjadi sukses bertarung dengan memenangkan banyak pertandingan, ada cerita di belakangnya yaitu latihan yang demikian berat. Di bagian lain bukankah pelatih juga memiliki kontribusi dalam kesuksesan tersebut?
Memang ada ‘embodiement authentic contribution’ (perwujudan kontribusi otentik) dari pelaku, namun apakah mungkin kontribusi ini berdiri sendiri tanpa pendukung dari lingkungannya?
Pertanyaannya, di bagaian apa tepatnya ‘kontribusi otentik pelaku’ dalam karya kepengarangan? Apakah ‘perwujudan kontribusi otentik’ kepengarangan seperti gagasan, imajinasi, kreativitas, sudut/cara pandang, pendekatan pemecahan masalah, kebaharuan, dan gaya tulisan? Kalau misalkan itu dapat diterima, apakah konstruksi menulisnya sendiri boleh menggunakan perkakas bantu? Bahkan seorang pematung modern, menggunakan mesin-mesin listrik untuk membentuk batu atau kayu yang keras. Mesin-mesin itu bukan saya membantu merealisasikan idenya, juga sekaligus mempercepat prosesnya.
Kalau begitu, di mana posisi LLM dalam konteks ini? Bagaimana menggunakan dan menempatkannya tanpa menggantikan kontribusi kepengarangan yang bersifat ‘perwujudan kontribusi otentik’?
‘Kontribusi otentik’ pelaku ditengarai harus dialami langsung oleh pelaku. Hal ini seperti belajar berenang, tentu seseorang harus masuk sendiri ke dalam air dan berusaha untuk mampu mengapung dan melakukan serangkaian gerakan renang. Kontribusi otentik pelaku juga seperti ketika seseorang belajar instrumen musik. Menonton video pengajaran alat musik, tentu tidak membuat yang belajar dapat menguasai alat musik itu sendiri. Si pembelajar harus memegang dan memainkan alat musiknya.
Demikian halnya ketika muncul suatu pertanyaan, “Ini tulisan siapa?” terhadap pertanyaan itu dapat diberikan jawaban bahwa ini ‘tulisan’ tanggan B, tetapi ‘pengarang’-nya A. Atau, dapat juga dijawab ini ‘tulisan’ tangan A dan juga di-‘karang’ sepenuhnya oleh A. Jadi, apakah ‘perwujudan kontribusi otentik’ boleh sebatas ‘kepengarangan’ saja atau harus melibatkan ‘konstruksi penulisan’-nya juga?
Lalu mengapa para tukang bangunan tidak mendapat atribusi apreasiasi atas kontribusi ‘kepengarangan’ suatu gedung, seolah semua dilimpahkan pada arsiteknya saja?
Jika hal demikian mungkin terjadi, mengapa ‘konstruksi kalimat dan paragraf’ yang ‘dibangun oleh mesin LLM dari hasil ‘prompt’ pengguna’, tidak dapat diterima sebagai kontribusi otentik kepengarangan?