Mohon tunggu...
Muhammad Thoha Hanafi
Muhammad Thoha Hanafi Mohon Tunggu... profesional -

dengan bismillah....sesungguhnya Kasih Sayang itu hanya Kepunyaan Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontemplasi Menggugat Sidang Istbat Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal

17 Juli 2013   10:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:26 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sehingga dengan demikian, apakah sidang istbat bisa disebut mengada-ada, bid'ah atau bukan cara Islami?

Belum ada dalil yang menjustifikasi sidang istbat sebagai cara menentukan awal ramadhan pada zaman Rasulullah SAW. Apalagi bila dalam sidang tersebut diambil dengan model suara terbanyak.


Rasulullah SAW memberikan contoh-contoh hidup yang harus diikuti umatnya sebagai tanda hormat dan sayang kita kepada pribadi dan segala ajaran Beliau. Rukyatul hilal memang adalah cara yang simple yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dalam menentukan awal bulan baru ramadhan, dan syawal. Kendala dalam melihat hilal dewasa ini bukan hanya bisa dilihat atau tidak secara kasat mata. Tetapi faktor siapa yang mampu melihat, benar atau tidak, dimana melihatnya, dan kapan melihatnya dan seterusnya adalah pertanyaan klasik yang akan selalu timbul. Kita menemukan kenyataan fenomena dewasa ini, bahwa ada yang bersaksi dan bersumpah telah melihat hilal, tetapi kesaksiannya dengan mudah dinilai salah, keliru bahkan dusta. Kesaksian seseorang dianggap dusta atau keliru, kebanyakan dinilai dengan menggunakan ilmu astronomi. Pada proses itu ilmu hisab sebenarnya sedang digunakan untuk mengetahui posisi hilal bisa dilihat dengan mata sendiri atau tidak, sehingga dengan gampangnya langsung menjudge kesaksian seseorang atas penglihatannya terhadap hilal adalah salah, keliru bahkan dusta. Jadi metode hisab dipakai untuk menilai rukyatul hilal secara kasat mata. Sementara kalau kita kembalikan pada zaman Rasulullah SAW kondisinya sama sekali tidak menggunakan ilmu hisab (seperti kebanyakan anggapan orang yang membid'ah kan ilmu hisab tersebut). Artinya pada zaman Rasulullah SAW tidak ada dan tidak dikenal perhitungan yang dipakai dalam mengetahui posisi hilal. Sehingga timbul kesan kuat sesuai anggapan ini, sifat spontanitas lebih mendominasi rukyatul hilal pada zaman Rasulullah SAW. Spontanitas di sini dalam pengertian tidak adanya hitungan posisi hilal baik apakah itu nol derajat, dua derajat, 4 derajat maupun lebih dari itu, baru bisa dilihat.


Dengan adanya ungkapan, "metode hisab sebagai alat bantu untuk merukyat hilal", sementara ilmu hisab dikatakan bid'ah, mengada-ada bahkan sumber kekeliruan tentu ungkapan itu sangat tidak konsisten. Satu sisi menganggap ilmu hisab bid'ah tetapi sisi lain digunakan untuk memperkirakan posisi hilal. Bagaimana mungkin membid'ah kan ilmu hisab tetapi memakainya untuk mengetahui posisi hilal dan akhirnya melakukan rukyatul hilal sebagai pelaksanaan hadits Rasulullah SAW diatas. Bagaimana mungkin kita menggunakan jam untuk melihat jadwal sholat yang juga menggunakan metode hisab, sementara ilmu hisab dianggap salah. Dari cara dan ungkapan inilah yang menjadikan keadaan penentuan awal bulan baru tidak konsisten. Apalagi bila cara itu digunakan hanya untuk menentukan dua bulan qomariyah saja. Sementara banyak hasil hisab yang di pakai manusia. Kalau mau membid'ahkan ilmu hisab yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan, maka tentu saja apapun hasil dari ilmu pengetahuan yang notabene tidak ada atau belum ditemukan di zaman Rasulullah SAW konsekuensinya adalah bid'ah dan salah (mudharat) semua.


Dalam konsteks hukum pemerintahan sebagai pengejawantahan azas berkesinambungan, maka konsistensi penggunaan sidang istbat secara ideal seharusnya tidak saja pada penentuan awal bulan ramadhan dan syawal karena bagaimanapun juga bulan hijriah itu bukan hanya dua bulan itu saja tetapi ada bulan dzulhijjah, untuk menentukan kapan hari arafah bagi jemaah haji Indonesia yang ada di arab saudi.

Bulan ramadhan dan syawal tidak bisa dipisahkan dari bulan-bulan qomariyah lainnya. Pemisahan dua bulan qomariyah dari bulan-bulan lainnya laksana memangkas kehidupan dan aktifitas manusia dalam satu tahun. Kita mengenal agenda tahunan, bulanan, mingguan dan sebagainya. Dan setiap agenda berkaitan dengan tanggal dalam bulan. Menyusun agenda kerja, membuat rencana dan sebagainya tentu untuk kemudahan hidup manusia dalam membuat anggaran, membuat pengembangan, memutuskan suatu rencana dan sebagainya. Bagaimana bisa bekerja dengan baik apabila jadwal dan rencana tidak disiapkan jauh-jauh hari.

Umat manusia sekarang hidup ditengah era informasi dimana kebutuhan akan suatu informasi yang berhubungan dengan segala aktifitas hidupnya harus di dapatkan secepat mungkin. Karena ada yang mengatakan "siapa yang menguasai informasi, maka dialah yang menguasai dunia". Hal itu memberi gambaran bahwa informasi yang lebih awal adalah kebutuhan manusia dewasa ini. Kebutuhan atas informasi dan data yang cepat pada akhirnya bertujuan untuk memberikan kemudahan. Lalu apakah kemudahan yang dicari manusia itu adalah suatu petaka? Sebagai manusia yang harus beribadah kepada Allah SWT memang kita harus menyesuaikan segala aktifitas kehidupan dengan jadwal ibadah kita sebagai kewajiban hamba kepada Allah SWT. Hakekat diciptakannya jin dan manusia hanya untuk beribadah tentu konteksnya bagaimana segala aktifitas hidup manusia itu bernilai ibadah.

Islam itu adalah Agama Rahmatan Lil Alamin.


Banyak dalil tentang berbagai kemudahan yang diberikan Islam kepada manusia. khususnya kaum muslimin dalam menjalankan kewajibannya beribadah.

Islam tidaklah memberatkan umatnya dalam pelaksanaan semua kewajiban yang harus diemban manusia. Bukan hanya kewajiban manusia terhadap sesama manusia saja tetapi kewajiban manusia terhadap Allah SWT pun demikian. Apalagi sampai menimbulkan polemik atau menghancurkan rencana-rencana yang sudah disusun sedemikian rupa. Islam pun tidak menghendaki adanya polemik yang berkepanjangan hingga akhirnya malah tidak melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah di muka bumi ini. Islam itu adalah agama yang sangat mudah dan selalu memberikan kemudahan dan jalan keluar.


Rasulullah SAW bersabda;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun