Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Artikel Utama

Padi Hibrida, Solusi Ketahanan Pangan Kita

13 Januari 2023   14:48 Diperbarui: 14 Januari 2023   02:35 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benih/bibit padi hibrida, solusi peningkatan produksi beras (Dokpri)

Ketiga, penurunan kualitas budidaya akibat cekaman abiotik (penurunan mutu lahan, kekeringan, banjir) dan biotik (serangan varian baru hama dan penyakit tanaman).

Di atas  kondisi itu, dapat dibuat proyeksi ketersedian beras Indonesia tahun 2021-2050. 

Asumsinya, luas sawah baku 7.4 juta hektar dan luas panen  11.1 juta ha/tahun (IP 1.5) konstan.  Produktivitas awal 5.14 ton/ha (2021). Laju kenaikan produktivitas 0.25% per tahun sehingga produktivitas akhir 5.53 ton/ha (2050).  

Hasilnya produksi padi 2050 adalah 61.4 juta ton GKG atau setara beras 39.3 juta ton. Ditaksir jumlah penduduk 330.9 juta jiwa. Dengan asumsi konsumsi beras per kapita 124 kg/tahun, maka total konsumsi beras adalah 41.0 juta ton. Terjadi defisit 1.7 juta ton.  

Ukuran swasembada pangan FAO (1999), yaitu produksi domestik 90% kebutuhan domestik, lebih longgar. Indonesia tahun 2050 sudah terhitung swasembada beras pada angka produksi 36.9 juta ton atau defisit 4.1 juta ton.  

Tapi defisit itu harus ditutup dengan impor. Seperti tahun 2022 ketika Bulog mengimpor beras 200,000 ton. Padahal Indonesia swasembada beras pada angka produksi 31.3 juta ton.

Benih/bibit padi hibrida, solusi peningkatan produksi beras (Dokpri)
Benih/bibit padi hibrida, solusi peningkatan produksi beras (Dokpri)

Padi Hibrida sebagai Solusi

Proyeksi di atas terlalu optimis.  Tidak memperhitungkan tren penurunan luas sawah akibat konversi peruntukan lahan.

Berdasar data tren konversi sawah 2013-2015 di 9 provinsi sentra padi, riset Mulyani dkk. (2016) memperkirakan luas baku sawah 8.1 juta ha (2015) akan menyusut jadi 6.0 juta ha tahun 2045.

Jika angka 6.0 juta ha itu bertahan sampai 2050, maka luas panen (IP 1.5) adalah 9.0 juta ha.  Sehingga produksi padi adalah 49.8 juta ton GKP atau setara beras 31.9 juta ton. Artinya defisit 9.1 juta ton, sebab kebutuhan konsumsi  41.0 juta ton.  

Berarti produksi domestik hanya 77.8% dari kebutuhan domestik.  Jauh di bawah garis ketahanan pangan (90%). Harus impor untuk mencegah rawan pangan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun