Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyingkap Pesona Sisi Barat Danau Toba

9 Desember 2021   05:05 Diperbarui: 10 Desember 2021   14:40 10997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lembah Sabulan-Sitiotio Kabupaten Samosir sekarang dilihat dari tengah Danau Toba. Ke tempat ini dulu Boru Pareme dibuang keluarganya. Kampung Banuaraja dulu berada agak di hulu lembah (Foto: wantisitohang.blogspot.com)

Bagi orang kota besar, berada di rangkaian lembah dan perbukitan di sisi barat Danau Toba akan menjadi perjumpaan dengan surga yang hilang. Surga alami, harmoni keindahan perbukitan, lembah, dan danau yang tidak ditemukan di belahan lain nusantara. 

Modernisasi telah merampas surga alami dari orang-orang yang menghabiskan usianya di perkotaaan.  Di kota-kota yang menyebut diri modern itu, lembah telah diuruk dan bukit telah diratakan. Kota modern adalah neraka hutan beton yang menghasilkan derita bagi jiwa-jiwa penghuninya.  

Jiwa-jiwa terbebas di surga alami  sisi barat Danau Toba (Foto: irene kemala/pinktraveloque.com
Jiwa-jiwa terbebas di surga alami  sisi barat Danau Toba (Foto: irene kemala/pinktraveloque.com

Kepada orang Batak di sisi barat danaulah surga itu dipercayakan.  Maka mereka wajib menjalankan amanah, memelihara kelestarian dan keasrian lembah, bukit, dan danau di sana. Jangan lagi ada polusi udara, air, dan tanah. Jangan pula ada polusi sosial semacam ketakramahan, kelicikan, dan kejahatan kepada wisatawan, pencari surga itu.

Beratus-ratus tahun yang silam, pejalanan melintasi bukit dan lembah, dari Sianjurmulamula sampai ke Sabulan, adalah derita sebagai silih atas kesalahan bagi Boru Pareme.  

Kini, bagi para wisatawan, perjalanan ke sana adalah pengalaman perjumpaan dengan surga yang hilang, sebagai ikhtiar pembebasan diri dari tekanan modernisasi kota yang menyesakkan. (eFTe)

***

*Artikel ini ditulis dan diterbitkan hanya untuk Kompasiana. Hak cipta pada Felix Tani dan dilindungi undang-undang. Publikasi ulang artikel ini dalam bentuk apapun di media apapun adalah pelanggaran atas hak cipta.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun