Maka jadilah anakku ayahku, atau ayahku anakku. Terserahlah. Suka-suka Bang Ojol saja.
Dua hari sebelumnya, Engkong membeli bubur ayam lewat jasa pengojol. Karena sedang sibuk ngupil, istri Engkong yang mengambil pesanan ke depan rumah.
"Pesanan atas nama Felix. Ibu, ibunya Felix, ya," tuduh Bang Ojol semena-mena.
"Oh, iya, saya ibunya Felix," jawab istri Engkong terkesima. Kok, ya, suaminya jadi anaknya sekarang.
"Oh, baik. Ibu namanya siapa, bu?" Bang Ojol kepo pula. Kenapa gak nanya nomor WA bini gue sekalian!
"Saya, Bu Rahmat."
"Terimakasih, Bu Rahmat. Ini untuk anak ibu, Felix."
Maka, pada hari itu, istriku telah jadi ibuku, ibu dari Felix, engkong penguasa Gang Sapi.
Lihatlah, betapa para Bang Ojol telah menjadi anarkis, seenaknya mengganti status seseorang. Tanpa rasa bersalah. Emang sih, ngomongnya santun. Tapi dampaknya, kan, memiuh kalbu gitu.
Haruskah Engkong protes. Gak lah. Ngapain juga. Paling Engkong siapkan mental jika suatu saat Bang Ojol bertanya, "Bapak, kakeknya Felix, ya?"Â
Semprul! Kancingin itu celana, loe! (eFTe)