Pusing baca judul artikel ini? Bukan Engkong Felix sumber gegara. Itu ulah para pengojol, pengojek online.
Ceritanya begini.
Jika membeli makanan lewat jasa ojol, Engkong selalu mencantumkan nama "Felix". Sesimpel itu, dengan segala risiko pengojol salah eja jadi "Pelik", "Veliks" atau, yang terparah, "Pilek".Â
Satu hari, minggu lalu, Â Engkong membeli buah dari supermarket lewat jasa ojol. Selang tiga perempat jam, Bang Ojol sudah nongol di depan gerbang pagar rumah di Gang Sapi Jakarta.
"Pesanan atas nama Felix. Bapak, ayahnya, ya?" sapa Bang Ojol yakin bin sok tahu.Â
Mentang-mentang rambut di kepalaku sudah putih semua. Haruskah kutulis nama di aplikasi ojol "Engkong Felix" getoh?
"Ya, saya ayahnya," jawabku, ogah berargumen. Napain juga, gak bakal nambah K-Rewards.
"Oh, maaf, bapak namanya siapa?"
"Saya, Rahmat."
"Terimakasih Pak Rahmat. Ini pesanan anak bapak."
Maka jadilah anakku ayahku, atau ayahku anakku. Terserahlah. Suka-suka Bang Ojol saja.
Dua hari sebelumnya, Engkong membeli bubur ayam lewat jasa pengojol. Karena sedang sibuk ngupil, istri Engkong yang mengambil pesanan ke depan rumah.
"Pesanan atas nama Felix. Ibu, ibunya Felix, ya," tuduh Bang Ojol semena-mena.
"Oh, iya, saya ibunya Felix," jawab istri Engkong terkesima. Kok, ya, suaminya jadi anaknya sekarang.
"Oh, baik. Ibu namanya siapa, bu?" Bang Ojol kepo pula. Kenapa gak nanya nomor WA bini gue sekalian!
"Saya, Bu Rahmat."
"Terimakasih, Bu Rahmat. Ini untuk anak ibu, Felix."
Maka, pada hari itu, istriku telah jadi ibuku, ibu dari Felix, engkong penguasa Gang Sapi.
Lihatlah, betapa para Bang Ojol telah menjadi anarkis, seenaknya mengganti status seseorang. Tanpa rasa bersalah. Emang sih, ngomongnya santun. Tapi dampaknya, kan, memiuh kalbu gitu.
Haruskah Engkong protes. Gak lah. Ngapain juga. Paling Engkong siapkan mental jika suatu saat Bang Ojol bertanya, "Bapak, kakeknya Felix, ya?"Â
Semprul! Kancingin itu celana, loe! (eFTe)