Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Don Quixote de la Kompasiana

25 Agustus 2021   06:49 Diperbarui: 25 Agustus 2021   09:50 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gejala itu kentara saat Pilpres 2014 dan 2015. Ada dua kubu yang saling serang dengan pedang kata-kata yang tajam menghunjam lawan. Lewat senjata artikel, Quixoter Jokowi saling  serang Quixoter Prabowo. 

Begitu pula saat Pilgub Jakarta 2017. Quixoter Ahok saling serang dengan Quixoter Anies. Saling hunjam pedang kata-kata tajam, kadang membunuh karakter "musuh". 

Tapi Quixoteisme di Kompasiana tidak hanya teramati di saat kontestasi politik perebutan kekuasasn. Dalam hari-hari biasa, gejala itu terjadi juga. 

Terakhir, misalnya, ada semacam "pertarungan" antara dua kubu  Don Quixote de la Kompasiana. Sederhananya, antara Quixoter Pramillenial dan  Quixoter Millenial. 

Quixoter Pramilenial merasa eksistensinya terancam oleh kehadiran Kompasianer Millenial yang menguasai wilayah Kompasiana dengan artikel-artikel politip (ragam tip dan cara) dan "manganime" (manga dan anime). Lalu timbullah resistensi berupa pertanyaan mutu artikel anggitan para millenial itu.

Sebaliknya, Quixoter Millenial menilai artikel-artikel Kompasianer Pramillenial ketinggalan zaman. Tak sesuai lagi dengan selera zaman yang kini semakin praktis dan pragmatis. Pramillenial dengan segala analisis dan petuah kunonya, baiklah jika menepi. 

Tapi apakah semua itu realita atau fakta? Jawaban saya tegas: bukan realita atau fakta, tapi fantasi atau fiksi. Kompasianer Millenial. bukanlah ancaman bagi Pramillenial. Sebaliknya Kompasianer Pramilenial juga bukan penghambat bagi kemajuan Millenial.

Dunia modern dicirikan pembagian kerja yang semakin kompleks.  Begitupun di dunia modern Kompasiana. Ada pembagian kerja antara Pramillenial dan Millenial. Sebagaimana tercermin pada perbedaan pilihan isu, topik, diksi, dan gaya bahasa pada artijel mereka. Itulah sejuta puspa mekar di taman literasi Kompasiana.

Tapi, apakah itu berarti kehadiran Don Quixote de la Kompasiana tidak dibutuhkan? Karena dia tak lebih dari tukang khayal tua yang termakan fantasinya sendiri, seperti halnya Don Quixote de la Mancha ? 

Tidak. Don Quixote de la Kompasiana tetap dibutuhkan. Dia perlu hadir  untuk menggugat kemapanan yang malas, membuka ruang imajinasi, dan membuka kemungkinan-kemungkinan lain yang tak terpikirkan sebelumnya. Sekurangnya, dengan segala khayal kenthirnya, dia diperlukan untuk membuka ruang tawa, sesempit apa pun itu.

Untuk itulah, Si Tua penulis artikel ini masih tetap bertahan di Kompasiana. (eFTe)

 

[1]  Kalimat pembuka dalam edisi Bahasa Inggris novel Don Quixote karangan Cervantes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun