Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #066] Tersesat di Hutan Pinus

16 Juli 2021   17:23 Diperbarui: 16 Juli 2021   20:08 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Bah! Duma! Poltak di mana?" Nenek Poltak berteriak menanyakan keberadaan Poltak.  Dumaria dan Binsar baru saja menurunkan kayu bakar dari atas kepala.

"Bah! Barusan sudah sampai juga, kan, inangtua!" Dumaria kaget tak alang kepalang.  Darahnya terasa menyembur dari jantung ke kepalanya. 

Tadi, sehabis Poltak kencing, Dumaria jelas-jelas melihat anak itu menyunggi kembali kayu bakar di atas kepalanya, lalu berjalan di depannya tanpa bicara.  Setiba di jalan besar, jalan raya Trans-Sumatera, dia memang tak memperhatikan Poltak lagi.  Pikirnya semua anak sudah keluar dari hutan, Panatapan sudah tampak, jadi sudah aman.

"Bah.  Ya, sudah, kalau begitu."  Nenek Poltak segera bergegas masuk ke dalam rumah, setelah Dumaria menjelaskan kejadian di tengah hutan pinus tadi. Dia sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Sementara itu, di tengah hutan pinus, Poltak berteriak-teriak memanggil Dumaria, namborunya.

"Namboru! Namboru! Namboru!"  Tidak ada jawaban. Hanya gema teriakannya yang bersahut-sahutan di kejauhan.  Setelah itu sepi yang mencekam.  Ditingkahi desau pucuk-pucuk pinus ditiup angin sore.

Ditinggal Dumaria, Poltak memutuskan untuk berjalan mengejar namboru dan teman-temannya. Tapi, setelah sekian lama berjalan, ternyata dia menemukan dirinya berada kembali di tempat dia tadi kencing.  Tidak kunjung keluar dari dalam hutan pinus.

Panik dan rasa takut menyergap Poltak.  Bulu romanya berdiri,  kepalanya terasa membesar.  Suasana di bawah hutan pinus terasa menakutkan. Mulai agak gelap dan dingin.  Bunyi tongkeret terdengar bersahut-sahutan.  Pertanda matahari sebentar lagi terbenam.

"Ompung, tolonglah aku."  Poltak berseru dalam hati terdalam, mohon pertolongan kepada neneknya.  

"Kalau tersesat di hutan, diam saja. Tunggu pertolongan. Jangan berjalan, sebab bisa tersesat semakin jauh." Neneknya pernah memberi nasihat itu.

Kemungkinan seseorang tersesat di dalam hutan pinus itu memang sangat besar.  Lantai hutan itu agak gelap, karena sinar matahari terhalang tajuk pinus yang rapat dan lebat. Semua pohon pinus tampak seragam, ukuran dan jaraknya satu sama lain terlihat sama sama saja.  Jika salah ambil langkah, maka ada kemungkinan seseorang bukannya keluar dari tengah hutan, tapi masuk semakin jauh ke tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun