Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #060] Somba Marhula-hula Elek Marboru

18 Juni 2021   16:41 Diperbarui: 18 Juni 2021   16:59 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

Berdua di dalam kelas, duduk di atas meja guru, Poltak dan Jonder saling lirik, saling ukur perasaan. Wajah keduanya berangsur berubah dari tegang menjadi tenang. Tiba-tiba Poltak dan Jonder saling tinju lengan sambil tertawa.  Lalu keluar dari kelas sambil berangkulan. Seolah tak terjadi apa pun sebelumnya.

"Perbuatan Poltak takadil. Perbuatan Jonder tak beradab. Jangan diteladan!"  Suara tegas Guru Paruhum mengagetkan Poltak.  Pikirannya kembali dari kelana. 

"Poltak, kau tahu ajaran leluhur Batak tentang Dalihan Na Tolu?"  Sebuah pertanyaan tak terduga dari Guru Paruhum.  

"Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru, Gurunami."  Poltak sangat hafal dengan nilai Dalihan Na Tolu itu.  Almarhum kakeknya, dan neneknya, telah mengajarkan itu kepadanya.

"Betul.  Hormat kepada mertua, juga orangtua.  Sabar kepada saudara laki-laki.  Kasih kepada anak atau saudara perempuan, juga suaminya.  Itulah arti kemanusiaan yang adil dan beradab untuk kita orang Batak." Guru Paruhum berusaha menjelaskan. 

Murid-murid mengerti tentang perintah menghormati mertua, bersabar kepada saudara, dan mengasihi anak atau saudara perempuan. Tapi tetap tak mengerti soal kemanusiaan yang adil dan beradab.  Guru Paruhum menangkap gelagat itu.

"Jonder, Berta.  Kalian berdua kan semarga.  Berta itu saudara perempuanmu, Jonder.  Harusnya kau mengasihinya.  Bukan membantainya pakai bola kasti. Mengerti kau, Jonder?"

"Mengerti, Gurunami."

"Bagus.  Poltak, kau tahu, kan, Jonder itu semarga dengan ibumu.  Berarti Jonder itu laemu, anak lelaki mertuamu. Kau harus menghormatinya. Bukan menendang mukanya sampai berdarah.  Itu sama saja kau menendang muka mertuamu. Mengerti kau, Poltak?"

"Mengerti, Gurunami."

"Ya, kau harus mengerti. Kalau tidak, Berta paribanmu itu, tak akan maulah sama kau nanti."  Ruang kelas empat langsung gempita oleh gelak-tawa dan komentar-komentar menggoda Poltak dan Berta.   Poltak cengar-cengir. Berta membenamkan wajah ke atas meja, .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun