"Itu? Bah, payah pula kau.  Aku kan mau intip, bukan mau lihat," kilah Jonder.  "Lagi pula itu bukan kolor Berta," lanjutnya sambil lari menjauh. Dia tak  ingin lagi terkena tendangan Poltak.
Mengintip kolor murid perempuan itu adalah keisengan murid laki-laki. Â Hanya sekadar ingin tahu warnanya, untuk kemudian diumumkan kepada teman-temannya. Â
Kerrok, peraut pinsil yang di dasarnya terdapat cermin bulat kecil, adalah alat bantu intip yang paling handal. Cukup dengan cara meletaklannya diam-diam di antara dua kaki murid perempuan yang tidak waspada.
"Poltak." Â Suara ceria memanggil dari belakang Poltak. Â "Ah, Si Berta," bisik Poltak dalam hati, seraya memutar badan seratus delapanpuluh derajat. Beberapa depa di hadapannya, ditemani Tiur, Berta sedang melangkah ke arahnya dengan gula-gula dalam genggaman tangan. (Bersambung)