Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #053] Kepak Sayap Kupu-Kupu Lorenz

17 Mei 2021   22:18 Diperbarui: 18 Mei 2021   11:03 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

Seorang lelaki paruh baya, tinggi besar, muka persegi,  kumis tebal, kulit agak keling,  bertindak sebagai pembawa acara. Logatnya medok Batak.

Lelaki di atas meja itu menangkap seekor ular dari dalam sebuah kantong kain.  Panjangnya kira-kira semeter. Dia kemudian merentangkan dan mengangkat ular itu dengan kedua tangannya tinggi-tinggi. Seakan-akan sedang berdoa.

Murid-murid perempuan menjerit-jerit ketakutan. Takut ular itu itu lepas dan menyusup ke bawah rok mereka. Ngeri kali kalau itu terjadi.

Dengan satu gigitan cepat, kepala ular itu langsung putus. Sambil menggigit daging leher ular itu, kedua tangannya bekerja dengan cepat menarik lepas kulitnya seperti meloloskan kaos kaki.

Lelaki itu kemudian mencabik daging ular itu dengan giginya, lalu mengunyahnya dengan ekspresi muka liar. Terkesan buas. Lagi, anak-anak perempuan dan ibu-ibu menjerit-jerit. Ngeri campur jijik.

"Cukup!" Lelaki muka persegi itu menghentikan aksi lelaki pemakan ular. "Tepuk tangan!" Para penonton tepuk tangan. 

"Terimakasih! Terimakasih! Terimakasih!" Si Muka Persegi lalu berkeliling mengedarkan kantong sumbangan. Guru-guru dan sejumlah warga Hutabolon menyumbang seturut keikhlasan masing-masing.

Pertunjukan selesai. Penonton bubar. Murid-murid kembali ke dalam ruang kelas masing-masing. Dengan pikiran sendiri-sendiri.

"Orang Dayak itu suku asli pulau Kalimantan." Guru Marihot memberikan penjelasan kepada murid-muridnya. "Mereka petani ladang. Pindah-pindah. Cara taninya tebang hutan, bakar, tanam, lalu tunggu panen."

Poltak tiba-tiba angkat telunjuk, "Tanya, Gurunami."  

"Apa, Poltak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun