Itu mengoreksi alokasi lingko per keluarga, dengan konsekuensi setiap keluarga mendapatkan lodok (bagian lingko), lahan garapan, yang semakin sempit. Akibatnya perolehan hasil pertanian pangan per keluarga semakin kecil, mungkin tak cukup untuk makan setahun.
Dalam konteks seperti di atas, sawah lingko boleh dikatakan telah menjadi ajang involusi pertanian. Juga sekaligus, sebagai konsekuensinya, menjadi arena kemiskinan berbagi.
Jadi, walaupun sawah bukanlah inti budaya orang Manggarai, tak urung terjadi juga gejala involusi dan kemiskinan terbagi karena "terlalu banyak orang bergantung pada terlalu sempit sawah lingko."
Sekaligus lingko juga menjadi ajang subsistensi. Hal ini mengingat ukuran lodok sebenarnya ditetapkan menurut besarnya tanggungan keluarga, di luar faktor keistimewaan berdasar status sosial.
Itu artinya hasil sawah diperhitungkan hanya cukup untuk kebutuhan makan keluarga. Bahkan sebenarnya tidak cukup mengingat luas lodok yang semakin menyempit dari tahun ke tahun.
Petani Manggarai sangat paham bahwa hasil sawah tidak mencukupi untuk menyokong ekonomi keluarga secara layak. Karena itu diterapkanlah strategi nafkah ganda dengan mengusahakan tanaman niaga (komersial) seperti cengkeh, kopi, kakao, kemiri, dan jambu mete di lahan kering di lereng-lereng perbukitan dan pegunungan. Â Juga mengusahakan vanili dan baru-baru ini porang.Â
Hasil kebun tanaman komersial itu memungkinkan petani Manggarai memenuhi kebutuhan primer dan sekunder selain pangan. Semisal kebutuhan sandang, rumah, sekolah, dan kesehatan. Ini adalah kebutuhan-kebutuhan yang sulit dipenuhi jika hanya bertumpu pada ekonomi padi sawah.
Jadi jelas bahwa ekonomi pertanian Manggarai hari ini adalah ekonomi nafkah ganda. Petani sekaligus mengusahakan padi sawah (subsisten) dan kebun tanaman niaga (komersil).
Pola nafkah ganda semacam itu bukan sistem ekonomi dualis seturut konsep Boeke. Sebab penguasaan dan pengelolaan sawah dan kebun ada di tangan petani yang sama.
Itu adalah strategi ekonomi nafkah ganda. Petani Manggarai menerapkannya untuk menghindari gejala kemiskinan berkelanjutan apabila hanya mendasarkan nafkah pada usaha tani sawah yang sempit.
Keluar dari Kemiskinan