Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prabowo, "Jenderal Lumbung Pangan Nasional"

5 Agustus 2020   05:58 Diperbarui: 5 Agustus 2020   15:09 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi memberi arahan kepada Prabowo.(Biro Pres Sekretariat Presiden)

Hanya Prabowo yang sudah terbukti mampu keluar dari posisi kritis dalam kancah perang dan di lingkungan ketentaraan untuk kemudian melejit di kancah perpolitikan nasional.  

Artinya, Prabowo sudah teruji kemampuannya untuk menghadapi kondisi krisis dan keluar dari cengkeramannya. Tipe pribadi seperti inilah, seorang "petarung pantang menyerah", yang tepat untuk memimpin program LPN yang tergolong Mission Imposible. Nanti akan saya jelaskan soal ini.

Intinya, Prabowo adalah orang yang tepat (Petarung) yang berada di tempat yang tepat (Kemenhan) pada saat negara menghadapi risiko ketahanan nasional (krisis pangan). 

Siapapun presidennya, jika dia seorang yang memiliki intuisi bisnis kuat, dan jujur, pasti akan menunjuk Prabowo sebagai "Jenderal LPN."

***
Mengapa program LPN saya sebut sebagai Mission Imposible?  Untuk memahami ini, kita perlu kembali sejenak ke periode 2015-2019. 

Pada periode pertama pemerintahan Jokowi itu, dia mencanangkan target pencetakan sawah 1 juta ha, sebagai program inti Ketahanan Pangan Nasional.  

Sektor pemimpin pencetakan 1 juta ha sawah itu adalah Kementan dan "Jenderal"-nya adalah Menteri Pertanian.  Tapi, faktanya sepanjang 2015-2019 Kementan hanya berhasil mencetak sawah seluas 240,000 ha.  Ini hanya 24 persen dari target 1 juta ha.  Artinya, misi 1 juta ha gagal tercapai.

Diam-diam, agaknya Presiden Jokowi menyimpan "dendam".  Dia lalu membulatkan tekad untuk mewujudkan pencetakan sawah total 1 juta ha pada tahun 2020-2024, periode kedua pemerintahannya.  

Tapi Jokowi agaknya kecewa pada kinerja Kementan.  Untuk tahun 2020 ini saja, Kementan hanya menargetkan pencetakan sawah seluas 6,000 ha. Lha, sampai kapan harus menunggu capaian 1 juta ha?  Kementan terlihat seperti penunggang kelomang yang memburu rusa.  

Melihat sejenak ke belakang, dalam periode 2006-2014 Kementan hanya berhasil mencetak sawah seluas 431,000 ha.  Jika dihitung sampai tahun 2019, berarti luas total sawah tercetak adalah 671,000 ha.  Artinya kemampuan Kementan untuk cetak sawah ganya rata-rata 52,000 ha/tahun.  

Jika kemampuan Kementan serendah itu, berarti untuk periode 2020-2024 luas sawah yang bisa dicetak paling banyak 260,000 ha. Ditambah realisasi periode 2015-2019 seluas 240,000 ha, maka total tercetak adalah 500,000 ha.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun