Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Di Jakarta Ada "Sekda Rasa Mensesneg"

6 Februari 2020   17:26 Diperbarui: 6 Februari 2020   20:51 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekda DKI Jakarta Saefullah dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Foto: merdeka.com)

Logika macam apa itu. Ini bukan soal persetujuan Setneg, Pak Sekda. Tapi persetujuan Komisi Pengarah. Sekretaris Komisi Pengarah itu Gubernur Jakarta. Masa urusan gini seorang Sekda, PNS ter-senior, tidak paham, sih?

Terakhir, Pak Sekda ini mengeluh. Katanya, mau mempercantik Monas kok dibikin rumit.  Birokrasi mestinya mempermudah, bukan mempersulit. Jadi mestinya Komisi Pengarah setuju saja. Begitu kata Pak Sekda.

Lha, memangnya birokrasi mana yang bikin rumit? Bukannya Pemda Jakarta sendiri yang bikin rumit dengan melangkahi birokrasi Komisi Pengarah? Kok sekarang malah terkesan menyalahkan Komisi Pengarah?  

Seandainya dari awal Gubernur Anies mengajukan permohonan persetujuan kepada Komisi Pengarah, dan "detail enginering design" (DED) tidak menyimpang dari disain awal (hasil sayembara), mungkin kerumitan ini tak perlu terjadi.  

Begitulah polah "Sekda rasa Mensesneg" di Jakarta.  Tapi kalau mau jujur, polahnya tak mencerminkan kelayakan sebagai Sekda.  Logikanya dibalik-balik, untuk tak mengatakan kacau.  

Ujaran-ujarannya terkait revitalisasi Monas memang tak mencerminkan kompetensi seorang Sekda.  

Ambil contoh soal pohon yang ditebang. Dia tak tahu pasti jumlah, jenis, dan ukurannya (umur pohon).  Juga tidak tahu di mana sekarang pohon-pohon itu berada. Belakangan dia juga bilang pohon-pohon itu tidak dijual karena tidak ada nilainya.

Pak Sekda, Anda tidak tahu jenis, ukuran dan jumlah pohon yang telah ditebang. Juga tidak tahu di mana bangkai pohon itu sekarang.  Bagaimana Anda bisa bilang pohon-pohon itu tak ada nilainya? Mikir dikit, napa, Pak.

Jadi, "Sekda rasa Mensesneg" ini sebaiknya diam saja. Gak usah ngomong lagi soal revitalisasi Monas. Sebab isi omongannya kacau, tidak logis, sehingga tak bisa dipercaya. Aneh, orang dengan kualitas komunilasi begini kok bisa menjabat Sekda DKI Jakarta.

***

Ada gejala "tak pantas" yang menghinggapi pejabat DKI sekarang ini. Gejala mengkritisi atau bahkan menyinyiri Pemerintah Pusat.  Mungkin ketularan dari Gubernur Anies yang gemar mengkritik dan menyinyiri pemerintah pusat. Semisal nyinyir pada Presiden Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun