Di perpustakaan, Faza Laily Rama Dani duduk di depan laptop, jari-jarinya menari di atas keyboard. Ia membantu digitalisasi buku induk, sementara di belakangnya terdengar suara samar siswa yang membaca. Aroma khas kertas buku yang sedikit berdebu bercampur dengan semilir angin dari jendela yang terbuka. Sebelumnya, ia sudah mengajar Bahasa Inggris di kelas 8J selama tiga jam. Lelah terasa, tapi rasa bangga lebih mendominasi.
Aulia dari Pendidikan Bahasa Arab hari itu bertugas di PTSP. Ia membantu melayani tamu guru dan mencatat surat masuk dengan teliti. Sementara itu, Zakia Min Fadlillah dari Manajemen Pendidikan Islam tampak serius di dalam kelas, mengawasi siswa sambil sesekali mencatat pengamatan untuk laporan PPL.
Menjelang siang, bel madrasah berbunyi panjang. Suara siswa yang tertawa, langkah kaki yang berlarian ke kantin, dan aroma gorengan yang menyeruak dari kantin mengiringi berakhirnya jam pelajaran pagi. Para mahasiswa PPL berkumpul di teras madrasah, melepas penat sambil bertukar cerita.
Hari itu mungkin tampak biasa bagi sebagian orang, tetapi bagi para mahasiswa PPL, Kamis ini adalah jejak perjalanan menjadi pendidik yang sesungguhnya. Setiap senyum siswa, setiap sapaan di gerbang, setiap lembar buku yang dibuka---semuanya adalah pelajaran berharga tentang dedikasi dan pengabdian.
Di langit siang yang mulai terik, semangat mereka tetap berkobar, menegaskan satu hal: menjadi guru bukan hanya tentang mengajar, tapi juga tentang menginspirasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI