Lelaki itu datang menghampiriku seperti jam beker yang kedau.
Mencuri segenggam logam di pupilku.Â
Mencuci diskusi moneter di pundakku.
Mencaci jam makan malam di pelipisku.
Lelaki itu terbuat dari laporan-laporan bank yang menjadi api di punggungku.Â
Bank waktu yang telah berwarna kesedihan di kotamu, Tuan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!