Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ujung Tanduk atau Ujung Pedang

3 Februari 2024   05:33 Diperbarui: 3 Februari 2024   05:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risih dan Riskan (Sumber : pribadi, image creator, bing.com) 

Siapa aku, dan siapa dirimu. Bukan sebuah pertanyaan, melainkan sekedar sebuah refleksi, untuk membangunkan kesadaran tentang posisi diri. "Siapa diriku, dan siapa dirimu", bukan sebuah ketidaktahuan, melainkan sebuah penggugahan, terkait diri dan posisi diri, dalam peta kehidupan ini.

Pertanyaan ini, menjadi sangat penting. Bahkan, sangat penting untuk dibincangkan, di luar masalah ekonomi, sosial, agama, atau politik sekalipun. Memang, benar, pernyataan itu, akan ada  kaitannya dengan ekonomi, sosial, agama, dan politik atau aspek lain dalam kehidupan manusia. Namun sejatinya, masalah itu lebih merupakan masalah sikap hidup atau ideologi hidup terkait keberanian dalam pengambilan Keputusan.

Betul. Sekali lagi, betul. Masalah "siapa diriku dan siapa dirimu", perlu kita bincangkan dalam kaitannya dengan masalah posisi diri kita dalam kehidupan ini. Apakah kita ada di ujung tanduk, atau di ujung pedang ?

Untuk bisa menjawab masalah ini, sudah tentu, setiap diantara kita, wajib hukumnya untuk mengetahui tanda-tanda zaman. Tanda-tanda alam yang erat  kaitannya dengan diri kita, posisi kita, atau  masa depan kita. Tanpa kemampuan dalam memahami tanda alam atau tanda zaman ini, kita tidak akan mampu menjawab pertanyaan itu. Artinya, tanpa kesadaran akan tanda alam dan tanda zaman,  kita akan salah paham posisi diri kita, dengan Nasib kita yang sesungguhnya.

Sekali lagi. Perlu tahu tanda zaman dan tanda alam, untuk memahami posisi kita dalam peta kehidupan ini. Sebab, ketidakpahaman akan tanda alam dan tanda zaman, alih-alih merasa memegang kendali kerbau atau senapan, eh, malah justru karena kesadarannya itulah, sebenarnya dia berada di ujung tanduk atau di ujung senapan.

Dalam fase paradoks kegilaan ini, tidak sedikit orang yang bangga dengan dirinya, dan  keberhasilannya. Padahal justru dengan menghadirkan kebanggaan dan keberhasilannya di depan public itulah, orang melihat tanda alam kesombongan yang mengantarkannya pada ujung tanduk atau ujung senapan.

Setiap orang bisa melakukan apapun, tetapi sadarilah, bahwa apapun yang dilakukannya, akan menjadi tanda zaman terkait posisi diri dalam kehidupan sosial lainnya. Oleh karena itu, mengenai tanda zaman dan tanda alam ini, menjadi sarat pertama (prasyarat) untuk mengetahui posisinya.

Siapa dirimu, apakah dirimu  ada di ujung tanduk atau di ujung senapan ? jawabannya, adalah kehadiran kita, akan menjadi objek perubahan atau subjek perubahan. Siapa mereka yang berada di posisi objek perubahan ?

Ada dua kelompok orang yang menjadi objek perubahan. Pertama, mereka yang tengah berkuasa, atau merasa berjaya, namun tidak sadar tidak menyadari bahwa usia-kuasa dan usia-jayanya sudah mulai redup, bahkan cenderung padam. Jika orang ini, tidak sadar pada kondisi, dan kemudian masih berlaga kuasa dan jaya, maka posisinya akan berada di ujung tanduk-kehancuran.

Iya, betul, seseorang akan disebut ada di ujung-tanduk kehancuran, manakala dia tidak sadar akan akhir dari kekuasaan, namun tetap sombong dan angkuh dengan kekuasaannya. Laga sombong dan sok berkuasanya, sudah tentu, lebih disebabkan karena ketidaksadaran terhadap posisinya dalam peta perjalanan hidup, dibandingkan sebagai sebuah kepatutan dalam dirinya sendiri.

Seseorang pun, dapat dikatakan sebagai ada di ujung senapan. Jika menjadi objek perubahan, namun sayangnya dia tidak ada kuasa untuk mengendalikan diri dan kemandiriannya. Dalam konteks politik, rakyat yang lemah dalam kuasa politik, dan sekedar menjadi objek mobilitasi politik, sejatinya bukan berada di ujung tanduk, namun ada di ujung senapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun