Tim akhirnya harus merombak seluruh sistem menjadi berbasis microservices, sesuatu yang bisa direncanakan sejak awal jika desain diperhatikan secara matang. Perombakan ini memakan waktu dan biaya dua kali lipat dari proyek awal.
Desain Bukan Milik Arsitek Saja
Banyak pengembang muda berpikir bahwa urusan desain hanya menjadi tanggung jawab software architect. Padahal, setiap anggota tim RPL harus memahami prinsip desain agar semua bagian dari sistem bisa terintegrasi secara harmonis. Ketika semua pengembang memiliki pemahaman desain yang sama, komunikasi lebih lancar, dan kualitas kode meningkat.
Prinsip-Prinsip Dasar Desain yang Harus Dikuasai
-
Single Responsibility Principle: Setiap modul atau kelas hanya harus memiliki satu alasan untuk berubah.
Open/Closed Principle: Kode harus terbuka untuk ekstensi, namun tertutup untuk modifikasi.
Loose Coupling dan High Cohesion: Komponen sistem harus saling terpisah (low coupling), namun setiap komponen harus memiliki fokus tugas yang tinggi (high cohesion).
DRY (Don't Repeat Yourself): Hindari pengulangan logika kode dalam sistem.
KISS (Keep It Simple, Stupid): Desain harus sesederhana mungkin, tidak over-engineered.
Tools dan Pendekatan Modern
Dalam praktiknya, ada banyak pendekatan desain yang dapat digunakan seperti UML untuk perancangan visual, prinsip domain-driven design (DDD), serta penggunaan design pattern seperti MVC, Observer, atau Factory. Tools seperti Lucidchart, Draw.io, hingga PlantUML sangat membantu dalam menggambarkan ide desain menjadi model yang mudah dipahami tim.
Kualitas Desain = Kualitas Produk
Desain adalah refleksi awal dari kualitas produk. Sistem yang dirancang dengan baik lebih stabil, lebih mudah dikembangkan, dan siap untuk bertumbuh. Sebaliknya, sistem tanpa desain yang baik akan mudah tumbang ketika dihadapkan pada kompleksitas dan tekanan skalabilitas.