Angkot menjadi satu-satunya moda transportasi massa di kota ini, tidak ada bus dalam kota yang beroperasi di jantung kota.
Namun, banyak yang menilai bahwa angkot tidak terlalu membantu untuk mengatasi kemacetan di kota ini.
Tidak terlalu banyak masyarakat lokal atau pendatang yang menggunakan moda transportasi massa berwarna biru ini.
Faktor utamanya adalah dari angkotnya sendiri, mulai dari fasilitas yang kurang kayak sampai karakter sopirnya yang kurang nyaman.
Karakter sopir angkot yang kurang berkenan di jalanan membuat masyarakat resah dan malas untuk menggunakan kendaraan umum tersebut.
Selain faktor angkot, tidak adanya fasilitas halte atau haltenya kurang layak menjadi faktor yang menyebabkan angkot kurang diminati.
Kemacetan Malang pun semakin tidak terbendung oleh karena volume kendaraan yang tidak dapat ditekan.
Jika Pemkot Malang tetap bertahan dengan moda transportasi dengan kondisi demikian, mustahil untuk mengurai kemacetan.
Pemberlakuan satu arah, pengalihan arus, dan pelebaran jalan hanyalah menurunkan gejala tanpa memberantas masalah yang sebenarnya.
Terlalu lama apabila berharap agar angkot bisa dibenahi, apalagi pembenahan karakter sopir yang sangat mustahil.
Harus ada kebijakan tentang moda transportasi umum yang benar-benar memadai dan mumpuni untuk menekan angka kemacetan di Kota Malang.