Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Mendambakan Moda Transportasi Umum yang Memadai di Kota Malang

1 Maret 2023   20:16 Diperbarui: 1 Maret 2023   20:19 308 1
Kota Malang semakin hari macetnya semakin di luar nalar, beda jauh dengan saat awal mula hidup di kota ini sekira 1 dekade silam.

Ini terbukti saat saya bepergian dari dari rumah saya di pinggir kota ke sekolah atau kampus di kawasan Jalan Veteran dan Jalan Bandung.

Waktu awal tinggal di sini pasti 15 - 16 menit, seiring berjalannya waktu menjadi hampir setengah jam, rekor 1 jam saking macetnya.

Memang, macetnya Kota Malang benar-benar melelahkan, seolah saya menua di jalanan kota yang menjadi rumah terhangat ini.

Tidak adanya jalur lingkar si si kota ini memaksa kendaraan dari luar kota untuk masuk ke inti kehidupan kota ini dan menimbulkan kemacetan.

Hal tersebut bukan faktor tunggal, ada juga faktor lain: semakin gemarnya masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Dengan program cicilan dan pajak yang relatif murah serta saling obral keunggulan fitur, siapa yang tidak tergiur untuk membelinya?

Belum lagi faktor eksternal seperti mahasiswa dari luar Kota Malang yang membawa kendaraannya ke Malang agar praktis.

Maklum, Malang menjadi kota jujugan para perantau yang ingin melanjutkan jenjang studi perguruan tinggi.

Sebenarnya, ada moda transportasi umum di Kota Malang ini, Anda bisa menyebutnya angkot atau mikrolet.

Angkot menjadi satu-satunya moda transportasi massa di kota ini, tidak ada bus dalam kota yang beroperasi di jantung kota.

Namun, banyak yang menilai bahwa angkot tidak terlalu membantu untuk mengatasi kemacetan di kota ini.

Tidak terlalu banyak masyarakat lokal atau pendatang yang menggunakan moda transportasi massa berwarna biru ini.

Faktor utamanya adalah dari angkotnya sendiri, mulai dari fasilitas yang kurang kayak sampai karakter sopirnya yang kurang nyaman.

Karakter sopir angkot yang kurang berkenan di jalanan membuat masyarakat resah dan malas untuk menggunakan kendaraan umum tersebut.

Selain faktor angkot, tidak adanya fasilitas halte atau haltenya kurang layak menjadi faktor yang menyebabkan angkot kurang diminati.

Kemacetan Malang pun semakin tidak terbendung oleh karena volume kendaraan yang tidak dapat ditekan.

Jika Pemkot Malang tetap bertahan dengan moda transportasi dengan kondisi demikian, mustahil untuk mengurai kemacetan.

Pemberlakuan satu arah, pengalihan arus, dan pelebaran jalan hanyalah menurunkan gejala tanpa memberantas masalah yang sebenarnya.

Terlalu lama apabila berharap agar angkot bisa dibenahi, apalagi pembenahan karakter sopir yang sangat mustahil.

Harus ada kebijakan tentang moda transportasi umum yang benar-benar memadai dan mumpuni untuk menekan angka kemacetan di Kota Malang.

Mustahil apabila berharap trem seperti konsep yang digagas Belanda untuk dihidupkan kembali mengingat jalurnya sudah diduduki bangunan permanen.

Mungkin logis apabila melakukan kajian dan pengadaan setidaknya bus dalam kota yang dikelola pemerintah atau LRT.

Ada keyakinan apabila keduanya diwujudkan, pasti akan menurunkan kemacetan dan beban jalan di Kota Malang.

Tentunya, ada sosialisasi dan promosi yang menarik agar masyarakat Kota Malang bersedia beralih ke kendaraan umum.

Ada kalanya memulai dari nol lebih baik daripada bertahan dengan yang ada jika sudah jauh dari kata layak.

Namun, jika sudah terealisasikan, baik Pemkot Malang maupun masyarakat perlu untuk menjaga agar tidak menurun kualitasnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun