Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyerah Tidak Selamanya Buruk

19 Februari 2023   15:47 Diperbarui: 19 Februari 2023   16:14 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kadang, rasa menyerah timbul begitu berhadapan dengan masalah hidup yang tidak kunjung reda. (Foto: Unsplash.com/Noah Silliman)


Banyak orang yang memiliki jalan hidup yang mulus dan sukses meraih apa yang diinginkan selama ini.

Ada yang pada akhirnya juga sukses meski harus berdara-darah di awal dan dihajar problematika di tengah jalan.

Namun, tidak sedikit yang harus menyerah karena berulang kali menemui kegagalan saat mengejar apa yang menjadi impiannya.

Bagi yang memutuskan untuk berhenti, mereka merasa banyaknya rintangan yang mengganggunya membawa pesan bahwa impiannya bukan miliknya.

Sayang, mereka yang memutuskan untuk menyerah kerap dihakimi oleh lingkungannya sebagai pecundang dan tidak memiliki daya juang.


Mereka mencacinya karena masalah yang dihadapi oleh seseorang tersebut hal yang sangat remeh.

Namun, bagi orang yang menyerah itu menganggap masalah yang dihadapinya sangat berat.

Tidak ada satu pun orang yang bisa atau bahkan patut untuk membandingkan beban hidup setiap orang.

Sebab, setiap orang memiliki ambang batas kemampuan menghadapi masalah yang tidak akan pernah sama.

Sangat tidak pantas jika menganggap orang lain yang menyerah dalam menghadapi masala dengan label sebagai individu yang lemah.

Obat yang sudah jelas kadar, mekanisme, dan efeknya saja belum tentu memiliki khasiat yang sama antara satu dengan orang lainnya.

Ada yang sembuh dengan dosis tertentu, ada juga yang baru bisa sembuh dengan dosis lebih tinggi, atau bahkan ada yang alergi.

Terlebih lagi dengan hal abstrak seperti ketahanan seseorang dalam menghadapi masalah dalam mencapai impian.

Menyerah tidak selamanya buruk, kadang ada rasa lelah sehingga keinginan untuk menyerah daripada terus bertahan, tetapi menyakitkan.

Terkadang, perasaan untuk menyerah adalah semacam bisikan yang sering orang-orang abaikan bagi pengidap toxic positivity.

Bagi mereka yang sadar, rasa menyerah menjadi alarm bahwa sebenarnya apa yang akan diinginkan bukanlah miliknya.

Menyerah adalah penyelamat seseorang dari hal yang sangat menyakitkan, seperti kegagalan meraih sesuatu dan melahirkan penyesalan karena dapat lelahnya saja.

Bahkan, penyesalan akibat mengabaikan rasa menyerah tersebut akan berakibat pada gangguan kesehatan mental, depresi, dan berujung pada bunuh diri.

Sebenarnya, hidup tidak lepas dari rasa menyerah, itu adalah hal yang tidak bisa dielakkan oleh setiap orang.

Contohnya, berubah pikiran menjadi pegawai bank dari buruh industri adalah bentuk menyerahnya seseorang dari tempat kerja lamanya.

Namun, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa berubah pikiran merupakan implementasi dari menyerah.

Tidak mungkin jika seseorang merasa tidak pernah menyerah apabila tidak pernah berubah pikiran.

Lantas, apa yang patut untuk dicemooh terhadap orang-orang yang memilih untuk menyerah?

Jawabannya, tidak ada. Tidak ada yang patut dicemooh karena sekali lagi, setiap orang memiliki kemampuan hidup yang berbeda.

Kemampuan hidup yang berbeda inilah yang akan mengembangkan sikap membantu atau bekerja sama.

Jadi, masihkah ada yang menganggap bahwa menyerah adalah hal yang buruk atau tindakan yang hina?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun