Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka

2 Agustus 2023   21:53 Diperbarui: 2 Agustus 2023   22:22 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kegiatan Workshop (Sumber Dokpri)

Selama tiga hari saya didapuk menjadi pembicara hampir tunggal dalam Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka yang diikuti oleh peserta yang berasal 5 sekolah. Peserta yang terlibat pada kegiatan tanggal 25-27 Juli 2023 itu, terdiri dari guru dan kepala sekolah yang mulai tahun ini menerapkan kurikulum merdeka. Saya menggunakan istilah "pembicara hampir tunggal" karena saya hanya dibantu oleh seorang rekan guru pada hari ke-3 di sekolah untuk berbagi praktek baik tentang pembelajaran berdiferensiasi.

Inisiator kegiatan ini adalah ketua gugus SD dimana sekolah saya menjadi salah satu anggota di dalamnya. Pada awalnya, saya meragukan kemampuan saya untuk berbagi pemahaman implementasi kurikulum merdeka. Namun saya melihat ini sebagai sebuah tantangan yang harus saya jawab dengan segala keterbatasan pemahaman dan pengetahuan saya.

Hari pertama kegiatan agak tertunda dari waktu yang telah dijadwalkan. Kegiatan baru dibuka oleh kepala UPT Dikbud Kecamatan setempat yang datang terlambat satu jam lebih dari jadwal kegiatan. Sebuah perilaku yang lazim ditemukan dalam kebiasaan di negeri +62. Namun ini dapat disebut sebagai pengecualian karena ada urusan lain yang harus diselesaikan oleh Kepala UPT sebelum menghadiri kegiatan.

Hari pertama, di awal sesi, saya memberikan kesempatan peserta untuk melakukan refleksi atas pemahaman mereka tentang kurikulum merdeka. Beberapa orang peserta secara bergantian menyampaikan hasil refleksi. 

Apa yang disampaikan peserta menunjukkan bahwa pemahaman mereka tentang kurikulum merdeka bervariasi. Semua peserta pernah mendengar dan sebagian pernah membaca. Sebagian lagi pernah mengikuti kegiatan intervensi implementasi kurikulum merdeka. 

Berdasarkan hasil refleksi, peserta juga menyampaikan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami secara optimal kurikulum tersebut.

Saya berasumsi bahwa bagi peserta yang sudah mendapatkan intervensi, ada kemungkinan tidak melakukan tindak lanjut secara mandiri. Mereka tidak melakukan eksplorasi untuk meningkatkan pemahamannya dalam rangka implementasi kurikulum.

Asumsi itu pula yang menimbulkan anggapan pribadi saya bahwa rerata peserta belum menumbuhkan sikap dan semangat belajar mandiri. Secara umum mereka belum memiliki dorongan internal yang kuat untuk memanfaatkan sumber belajar digital yang difasilitasi oleh pemerintah. Padahal pemerintah telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang juga menyediakan ruang berbagi untuk para guru di seantero Nusantara. Belum lagi sumber belajar lain yang melimpah di dunia virtual.

Proses refleksi itu "an sich" saya gunakan sebagai ilustrasi untuk memberikan pemahaman kepada peserta bahwa refleksi merupakan salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum Merdeka. Refleksi menjadi salah satu aktivitas yang sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran. Melalui refleksi, siswa dapat mengenali kekuatan, kelemahan, minat, dan preferensi mereka dalam proses belajar. Ini membantu mereka memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik dan memungkinkan pengembangan diri yang lebih baik. 

Hasil refleksi siswa tersebut juga memungkinkan guru untuk mengukur pemahaman awal atau kemampuan prasyarat dan kebutuhan belajar peserta didik. Inilah salah satu esensi kurikulum merdeka. Pemahaman awal merupakan capaian yang telah dimiliki sebagai bekal untuk meningkatkan capaian pembelajaran selanjutnya.

Dari sini kemudian saya mengajak peserta masuk ke topik umum yaitu Kurikulum Merdeka. Pertanyaan penting dari materi ini yaitu, "Mengapa kurikulum harus berubah?" Pertanyaan ini menjadi pemantik untuk meluruskan opini yang berkembang tentang perubahan kurikulum. "Ganti menteri ganti kurikulum" merupakan stigma yang sedikit banyak menjadi batu sandungan cara berpikir tentang perubahan tersebut.

Untuk membuka cara berfikir yang lebih luas saya memberikan umpan balik tentang perubahan kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Hasil umpan balik itu menggambarkan bahwa peserta menyadari ada banyak perubahan; Pertumbuhan penduduk, teknologi yang berkembang, profesi yang semakin beragam, gaya hidup, kebiasaan, sampai kebutuhan hidup yang makin kompleks. Perubahan itu tidak saja terjadi ada satu bidang tetapi pada semua sisi yang menyentuh kehidupan manusia.

Gagasan tentang perubahan itu membawa pemahaman peserta bahwa dunia pendidikan juga mau tidak mau harus melakukan perubahan. Salah satunya perubahan kurikulum. Sebagai ilustrasi, pendidik saat ini menghadapi anak-anak yang dibesarkan dalam teknologi informasi. 

Generasi saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Anak-anak saat ini dibentuk oleh sebuah kekuatan baru bernama teknologi digital. Teknologi digital juga menjadi semacam umpan bagi perkembangan teknologi di berbagai bidang. Kondisi ini berimplikasi pada perkembangan pendekatan pembelajaran, kebutuhan belajar, orientasi belajar murid, dan sebagainya.

Perubahan kurikulum juga dipicu oleh perubahan karakteristik anak-anak dari masa ke masa. Pemikiran ini telah diungkapkan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berhubungan dengan lingkungan dan karakter serta potensi diri. Sedangkan kodrat zaman terkait dengan perubahan kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Kodrat zaman inilah yang, secara niscaya menuntut, adanya perubahan kurikulum.

Hari pertama workshop, suasana kegiatan lebih banyak diwarnai dengan ceramah dan tanya jawab. Agar ceramah tidak membosankan saya menyelipkan dengan pengalaman pribadi dan kisah-kisah inspiratif lain yang pernah saya baca. 

Untuk memancing gelak peserta supaya suasana lebih rileks, seringkali saya melontarkan lelucon yang tentu saja tidak meninggalkan esensi kegiatan. Lebih dari itu, saya memberikan kesempatan kepada peserta untuk memandu ice breaking di sela kegiatan agar suasana tetap cair dan menggembirakan.

Hari pertama dan kedua, paling tidak, peserta dapat memahami materi yang meliputi, konsep Kurikulum Merdeka dan pengembangannya, cara menganalisis capaian pembelajaran (CP), cara merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP), dan menentukan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). 

Kemampuan menganalisis CP itu penting agar peserta dapat membedakan elemen pengetahuan dan keterampilan proses yang termuat di dalam kurikulum. CP yang tertuang dalam kurikulum juga disajikan dalam bentuk deskripsi sehingga memerlukan pemahaman teknik menganalisis.

Demikian juga dengan penentuan tujuan pembelajaran. Proses ini memerlukan kerja kolaborasi yang melibatkan 2 orang guru dalam setiap fase pembelajaran. Misalnya pada fase A dengan CP untuk kelas 1 dan 2 melibatkan guru kelas masing-masing yang harus duduk bersama merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kelas. 

Jika memungkinkan perumusan tujuan dapat dilakukan melalui diskusi bersama semua guru pada setiap fase di setiap jenjang satuan pendidikan. Di sekolah dasar, misalnya, kerja kolaborasi ini dapat melibatkan semua guru kelas dalam menyusun tujuan pembelajaran pada setiap fase. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan alur tujuan pembelajaran yang terukur dan terarah. Dengan pola seperti ini, capaian pembelajaran yang diturunkan ke dalam tujuan pembelajaran akan memiliki batas yang lebih jelas pada setiap fase atau kelas. Dengan cara ini pula akan ditemukan garis lurus secara kronologis dalam susunan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) pada dari setiap kelas dan fase pembelajaran.

Hari kedua, kegiatan lebih banyak diwarnai kerja kelompok untuk melakukan analisis CP, merumuskan TP, dan menyusun ATP. Setiap kelompok terdiri dari guru kelas dalam satu fase. Masing-masing kelompok memilih salah satu CP dalam satu mapel untuk dianalisis. Hasil analisis CP itu menjadi acuan merumuskan TP dan menyusun TP. Di akhir kegiatan pada hari kedua, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di hadapan peserta lainnya. 

Pada hari ketiga, modul ajar dan modul P5 menjadi materi penting yang memerlukan intervensi. Di akhir kegiatan, salah seorang guru melakukan aksi berbagi praktek implementasi pembelajaran kepada peserta.

Upaya memahami implementasi kurikulum tidak cukup hanya dalam tiga hari. Kurikulum bukan hanya tentang CP, TP, ATP, atau modul ajar. Hal yang lebih penting adalah bagaimana kurikulum merdeka mewarnai proses pembelajaran ruang-ruang belajar dan aktivitas lain di lingkungan sekolah dan luar sekolah. 

Diperlukan upaya berkelanjutan peserta sebagai pendidik untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka melalui belajar secara mandiri dengan memanfaatkan sumber informasi yang begitu melimpah di era digital saat ini. Di samping itu ruang diskusi dengan rekan sejawat seharusnya tetap dibuka komunitas belajar yang ada.

Guru bukan saja pengajar tetapi juga pembelajar. Sebagai sumber belajar bagi peserta didik, guru sejatinya dituntut secara konsisten untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang makin berkualitas kepada peserta didiknya. Guru harus terus mengimbangi berbagai dinamika yang ditemukan dalam proses pembelajaran.

Lombok Timur, 02 Agustus 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun