Mohon tunggu...
Moh afif Sholeh
Moh afif Sholeh Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Punahnya Situs Leluhur Kami

15 Juni 2017   19:42 Diperbarui: 15 Juni 2017   19:52 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan adanya perkembangan zaman, serta terkikisnya budaya dan pemukiman warga oleh pengembang yang mementingkan kepentingannya sendiri, maka lambat laun situs sejarah, baik berupa artefak, batu nisan, maupun peninggalan yang lain menjadi hilang sehingga anak cucu kita kurang percaya akan adanya sejarah yang pernah ada di daerah itu. Roni seorang penggiat sejarah dan budaya selalu menggerakkan warga masyarakat untuk selalu menghargai segala peninggalan masa lalu sebagai warisan dunia.

"Bapak, Ibu yang kami hormati, Bung Karno mempunyai jargon"Jas Merah" jangan sekali kali melupakan sejarah, karena sejarah mengajari kita menjadi pribadi yang santun dan bijak." tuturnya di acara sosialisasi pentingnya menjaga situs sejarah.

"Caranya bagaimana pak?"tanya Budiman salah satu peserta.

"Ada banyak cara, terutama dengan adanya alat yang semakin canggih, bisa dengan kamera yang mampu mengabadikan banyak hal, kemudian gemar menulis sejarah daerah masing masing agar pemuda pemudinya di kemudian hari bangga akan leluhurnya."tuturnya sambil memegang handphone.

Roni seringkali memberikan sosialisasi ke daerah terpencil. Namun niat mulia ini tidak semudah yang ia bayangkan, ancaman dari preman yang disewa banyak pengembang yang masih alot pembebasan tanah yang hendak dikuasai, seringkali menerornya baik di rumahnya atau waktu sosialisasi ke warga. Pengembang tidak mau tahu disitu ada situs sejarah atau tidak, yang dipikirkan hanya keuntungan semata.

"Kalau kamu mau hidup, tidak usah banyak ceramah ke masyarakat."ancam sang preman.

"beraninya mengancam saja kalian, emang kamu dibayar berapa sama bos kalian?"tanya Roni.

"Hai kamu, beraninya kamu!habisi saja."preman menyuruh anak buahnya untuk menghabisinya.

Dengan kecakapannya dalam ilmu bela diri, ia mampu meluluhkan semua lawannya sehingga merema lari terbirit birit.

Usaha yang luar biasa ini ternyata sia sia, karena masyarakat tergiur dengan iming iming keuntungan penjualan tanah mereka yang berlipat ganda, tanpa memikirkan situs sejarah yang tersimpan di dalamnya. Lebih lebih ketika Roni tertembak oleh antek pengembang, masyarakat tambah ketakutan bila tidak pindah ke tempat lain, akhirnya yang berduit mampu menguasai semua lahan itu dengan segala cara tanpa memikirkan nasib orang lain.

Gang Mujair, 15 Juni 2017, 19.00 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun