Dari Titik Nol Kehidupan (bagian pertama)
Merujuk pada Topik Pilihan dari Kompasiana, tentang berbagi pengalaman hidup pribadi, sebagai orang yang termasuk dalam kategori Kelas Menengah Kebawah.
Dengan membaca judul artikel ini:'Merangkak dari Titik Nol Kehidupan " agaknya tidak perlu dijelaskan lagi termasuk dalam kelompok mana kami berdua.Â
Oleh karena itu, saya mencoba menulis bagaimana kami merangkak dari titik nol kehidupan untuk mengubah nasib.
Sewaktu kami pindah dari kontrakan di Ratulangi  kemudian pindah di Pasar Tanah Kongsi, kami masih belum punya  apa apa yang bisa kami andalkan untuk hidup. Kami berjualan kelapa dan kantong plastik  serta memberi les dan memberikan kursus ketrampilan, seperti membuat beraneka pajangan terbuat dari gabus dan benang teijin.Â
Walaupun segala usaha dan kerja keras sudah kami jalani,tapi bukanlah berarti nasib kami secara spontan berubahÂ
Setiap pagi jam 3 dini hari saya dengan putra pertama yang berusia 3 tahun menuju pariaman untuk membeli kelapa disana.Kemudian menjual ditanah kongsi . Suami menerima upah pemarutan kelapa seharga Rp 5.-- sebuah.
Semua kami lalui sedikit demi sedikit untuk kehidupan kami yang belum mencukupi secara menyeluruh.Â
Menemukan Titik Balik KehidupanÂ
Suatu waktu suami bertemu temannya yang sudah sukses dan menjadi Eksportir. Diajak kekantornya yang berlokasi di jalan Diponegoro di Padang.Â