Menyaksikan persetruan seperti ini, rakyat jelata yang kadang bingung lantaran persetruan yang terjadi, dengan jelas menggambarkan masing masing kubu merasa  paling benar, paling baik, orang arab bilang Ana Khoirun minkum.
Dalam konteks kontestasi politik, menawarkan program atau pemikiran untuk membangun negeri adalah hal seharusnya dilakukan sebagai bahan pertimbangan rakyat untuk menjatuhkan pilihan, tetapi jika perestruan itu kemudian saling serang, saling ejek dalam wilayah pribadi, maka demokrasi sudah kehilangan kwalitasnya, demokrasi hanya dijadikan tameng dalam rangka memuluskan jalan menuju istana.
Harus diakui, bahwa kontestasi politik yang bernama pilpres ini, sedikit banyak berpengaruh terhadap  perubahan perilaku anak bangsa, orang yang tadinya alim, berubah jadi (agak) sangar, orang yang tadinya berhubungan baik sesama teman, berubah saling ejek, bahkan diantara saudarapun bisa saling bermusuhan. Hanya satu yang tidak berubah yakni perilaku orang merokok, siapapun itu, merokok tetap menjepit rokoknya diantara dua jari, tidak ada yang merokok dijepit  satu jari. Â
Ahirnya, soal pilihan untuk mengantarkan  jalan menuju istana dalam Pilpres, ---meminjam istilah iklan di televisi--, "kami yang mengabarkan, anda yang memutuskan".Pilihlah sesuai dengan hati nurani, jangan ada keterpaksaan dan  tidak akan ada yang menggugat, urusan selesai saat keluar dari TPS. Â