Bertahun-tahun aku meyakini diri sebagai anak sapi. Karena semua orang bercerita seperti itu tentang asal usulku.
"Kamu ditemukan di kandang sapi. Sedang menangis. "
"Siapa yang menemukan, Mbok? "
Aku hidup bareng seorang perempuan yang aku panggill mbok. Karena dia yang mengajariku memanggil seperti itu. Sejak saya ingat.
"Si Mbok. "
"Terus mbok pelihara sampai sekarang? "
"He-eh."
Aku tak mungkin sekolah. Si mbok tak punya uang untuk beli buku atau tas. Untuk makan saja kadang sehari cuma sekali.
Tapi, mungkin sapi yang melahirkan ku sapi yang cantik. Sehingga wajahku pun menjadi cantik. Tidak ada yang bisa mengalahkan putih kulitku atau mancungnya hidupku.