Sepuluh tahun sudah aku tinggal kan kampung ini. Â Segala nya masih terasa sama. Â Waktu sepertinya terhenti di kampung ini.
Sungai itu masih berair jernih. Â Tak pernah kering sepanjang apa pun kemarau itu. Â Hanya berkurang sedikit airnya.
Sekarang juga masih seperti itu.
Jembatan kayu yang juga masih sama saat aku tinggal kan sepuluh tahun lalu.
Pohon durian terbesar di kampung kami. Â Masih berdiri tegar di Ujung jalan. Â Pohon yang tak punya pemilik. Â Siapa saja boleh memetik dan memakan buah durian yang terkadang tercium wangi wangi sedap. Yang penting, durian tak dibawa pulang.
Tapi, di bawah pohon durian itu terlalu banyak perdu.
Kemana kedai kopi Kang Suhud?
Tak ada lagi kedai yang dulu selalu penuh pengunjung itu. Â Kemana Kang Suhud?
Kang Suhud sudah meninggal, i. Â Dengan cara yang tak wajar.
Maksud mu?
Kang Suhud dibunuh entah oleh siapa. Â Sampai sekarang tak ada yang tahu.
Istrinya?
Menghilang seperti ditelan bumi.
Semua orang tahu, bagaimana kecantikan istri Kang Suhud. Tak ada yang bisa menandingi kecantikan nya.
Tapi sayang, Kang Suhud belum punya momongan. Â Kang Suhud dulu suka curhat soal ini.
Aku dengar istri Kang Suhud kawin deng a n polisi?
Tapi semua menjadi mendadak diam. Â Bahkan mereka langsung pergi kalau sudah begini.
Emang kenapa ya? Kamu tahu?